Selama saya memasuki dunia kerja, mungkin baru kali ini merasakan fitnah yang teramat kejam dan dahsyat. Mulai dari dituduh menyembunyikan surat penting termasuk tuduhan membuat surat kaleng. Penyebar fitnah itu saya tahu, karena banyak bocoran informasi yang masuk ke saya. Jadi, apapun yang dibicarakan saya tahu. Ibaratnya, tembok bisa jadi kuping dan CCTV. Artinya, apa yang dibicarakan dan siapa yang berbicara dan menyebarkan fitnah, itu saya tahu. Banyak yang menyampaikan informasi ke saya. Mereka mungkin sudah muak dengan orang yang suka menyebarkan fitnah, yang kadang terlihat manis di depan namun suka menikam di belakang.
Menghadapi orang yang suka memfitnah seperti itu, saya lebih memilih diam dan tak menanggapi. Tidak komentar dan tetap berteman dengan baik dengan mereka yang seperti itu, sekalipun saya tahu orang ini adalah aktor intelektual dari semua kasus yang menimpa saya. Mereka suka mengompori orang yang mentalnya masih seperti anak-anak, yakni asal bicara sekalipun tak tahu masalah. Teman saya mengatakan, mereka yang seperti ini ibaratnya seperti kompor. Disulut sedikit saja langsung menyala.
Beruntunglah saya punya atasan yang sangat bijaksana. Artinya, tidak terpengaruh dengan omongan mereka dan komplotannya yang menggebu-gebu mempersoalkan saya. Mungkin, mereka ini menginginkan saya dipecat dari pekerjaan. Orang ini merupakan biang kerok dari segala kegaduhan. Suka membuat masalah dan selalu bikin masalah. Mungkin hidupnya sudah penuh dengan masalah, jika tidak membuat masalah sepertinya ada yang kurang lengkap.
Bayangkan, tidak pernah lihat sembahyang saja dipersoalkan. Mereka yang bergosip itu, pendidikannya sudah setinggi langit tapi ilmunya masih dangkal. Mustahil rasanya, kalau sebagai orang yang beragama tidak pernah sembahyang. Sebelum kerja, saya selalu berdoa dan termasuk dalam urusan apapun. Bukan berarti kalau sembahyang, harus kelihatan dan cekrek “upload” di medsos agar kita kelihatan seperti orang yang taat beragama. Sekali lagi, sembahyang itu urusan keyakinan.
Kita paham, penderitaan akibat fitnah ini tidak hanya dirasakan orang yang difitnah saja, akan tetapi aktor utama yang menebar fitnah pun akan merasakan akibatnya yang lebih besar jika dia tidak segera meminta maaf dan bertobat. Sebab, orang yang suka memfitnah orang lain sebenarnya dia sedang menata penderitaan hidupnya sendiri, cepat ataupun lambat. Ini terbukti, ketika fitnah disebarkan, orang yang suka memfitnah itu mulai dikucilkan.
Betapa buruk dan bahayanya dosa menuduh atau memfitnah, sekaligus memberi peringatan kepada kita bahwa perangai ini termasuk perbuatan jahat (zalim) yang semestinya ditinggalkan. Ada hikmah dan pesan yang sangat penting untuk kita bahwa tangisan dan rintihan doa orang yang dizalimi, hendaklah ditakuti karena ia akan didengar dan dikabulkan Tuhan, termasuk tangisan dan rintihan doa orang yang difitnah.
Teori psikologi mengatakan, seseorang mempunyai kebiasaan menjelek-jelekkan seseorang atau fitnah karena beberapa faktor, seperti iri atau sirik. Banyak orang, sadar atau tidak sadar, merasa tidak suka melihat kesuksesan orang lain. Baik sukses di bidang pendidikan, karier, ekonomi, politik atau kesuksesan orang lain. Karena dia tak mampu berbuat sama atau bahkan tak mampu berbuat lebih, maka satu-satu cara berkompensasi yaitu menjelek-jelekkan orang lain Dengan cara seperti itu, maka rasa irinya seolah-olah sudah tertutupi. Dia memperoleh kepuasan psikologis,walaupun keputusan psikologis yang semu.
Paling parah, mereka yang suka memfitnah itu adalah para psikopat. Mereka suka menjelek-jelekkan orang lain, bahkan suka mengobral kebohongan-kebohongan tentang orang lain yang tidak disukainya. Kenapa tak disukai? Tak ada alasan yang jelas sebab dia punya sikap impulsif (tidak ada alasan yang rasional). Pada tingkat psikopat, bukan hanya menjelek-jelekkan yang dia lakukan, tetapi sudah memasuki wilayah fitnah.
Ruang Moral di akun YouTube-nya mengungkapkan, seorang psikopat biasanya bersifat merusak bukan memperbaiki kesalahannya. Mereka juga pandai bicara dan pesona palsu. Psikopat sangat ahli memberikan pesona pada orang lain, bahkan dapat berbicara hebat dan cerdas, sehingga terlihat baik dan membuat seseorang nyaman.
Seorang psikopat menganggap dirinya penting. Seorang psikopat menganggap dirinyalah yang menjadi pusat sebagai alam semesta. Mereka akan menganggap orang lain, hanya sebagai alat. Mereka sangat percaya diri dengan dirinya sendiri bahkan memiliki kepercayaan diri terlalu tinggi.
Para psikopat merupakan pembohong yang hebat, jika mulai berbohong, maka mereka akan menutupi kebohongan lainnya, serta berpikir aturan tidak berlaku. Mereka sangat egois terhadap situasi yang ada di hadapannya. Seorang psikopat hidup sama seperti parasit, dirinya hanya menganggap orang lain adalah alat untuk mencapai keinginannya.
Lantas bagaimana menghadapi orang yang seperti itu? Tak perlu dipikirkan terlalu serius. Tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya. Satu-satunya cara, memberikan informasi yang benar kepada orang-orang sekeliling Anda dan sekeliling dia. Orang lainpun suatu saat akan menyadari bahwa dia memang wataknya seperti itu dan orang lain juga belum tentu percaya atas ucapan-ucapannya. Jadi, usahakan jangan sampai pikiran atau jiwa Anda terganggu. Cuek saja. *