Denpasar (Lokapalanews.com) – Sebanyak 60 generasi muda dari seluruh kabupaten/kota di Bali mengikuti wimbakara (lomba) Seni Lukis Wayang Klasik Kamasan serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45 di Kalangan Ayodya Taman Budaya Provinsi Bali, Kamis (22/6).
Tampak peserta begitu antusias dan serius menggambar dan mewarnai mengikuti tema besar PKB tahun ini ‘Segara Kerthi Prabhaneka Sandhi Samudra Cipta Peradaban’.
Seni lukis Wayang Klasik Kamasan memang memiliki sejarah panjang di Bali. Kehadirannya pada sekitar abad-17 di Pulau Dewata bermula dari seni rerajahan untuk kebutuhan ritual agama Hindu. Seni lukis yang berkembang pada masa kejayaan Raja Waturenggong hingga kini jadi taksunya.
Salah seorang juri, Drs. Wayan Gulendra, M.Sn., mengatakan, kegiatan ini penting dalam rangka melestarikan potensi seni lukis Wayang Kamasan sebagai ekspresi seni yang luar biasa kepada para generasi muda.
“Kita melatih untuk mampu memahami nilai-nilai yang ada dalam seni lukis wayang klasik Kamasan. Filosofinya bermakna luar biasa. Melalui menggambar mereka memahami nilai-nilai di baliknya,” ungkap Akademisi ISI Denpasar itu ditemui di sela perlombaan.
Lomba ini, lanjut Gulendra, juga menjadi penting agar generasi muda Bali memiliki mentalitas kuat menghadapi gempuran budaya luar akibat perkembangan teknologi informasi. “Ini menjaga mentalitas masyarakat Bali, tentu saja mendekatkan mereka dengan budaya (Bali) yang ada,” jelasnya.
Ia mengungkapkan asal muasal seni lukis wayang Kamasan di Bali tidak dapat dilepaskan dari berkembangnya seni rerajahan di atas kain kasa untuk kepentingan ritual agama Hindu. Seiring waktu kemudian berkembang menjadi sebuah karya lukis pada Pemerintahan Raja Waturenggong di abad ke-17.
Sebagai salah satu identitas Bali, seni lukis wayang Kamasan memiliki sejumlah keunggulan. Gulendra mengatakan, salah satu keunikan lukisan wayang klasik Kamasan adalah selalu bertutur tentang cerita epos Ramayana dan Mahabharata ataupun mitologi Bali seperti calonarang dan lainnya.
Keunggulan lain seni lukis wayang Kamasan, ujar Gulendra adalah dari sisi teknis yang secara turun temurun memiliki estetika yang sama dan cenderung naratif.
Para peserta dinilai tidak jauh dari beberapa keunggulan wayang klasik Kamasan tersebut seperti dari sisi bentuk, ornamen, pewarnaan, komposisi, ketokohan yang disesuaikan dengan tema, dan narasinya. Gulendra mengungkapkan, dari sisi warna misalnya, setiap tokoh memiliki warna tersendiri yang sudah diberikan secara turun temurun.
Dari jumlah peserta lomba melukis wayang klasik Kamasan yang terus mengalami peningkatan pada saat penyelenggaraan PKB, Gulendra optimis dengan perkembangan seni lukis wayang Kamasan di masa depan. Ia menyebut saat ini banyak sanggar-sanggar seni lukis yang mengajarkan seni lukis wayang Kamasan. Bahkan, tidak hanya di tempat asalnya di Kamasan, Klungkung, di wilayah Kerambitan, Tabanan, seni lukis wayang Kamasan memiliki perkembangan yang sangat berarti.
“Perkembangan sangat baik karena banyaknya sanggar dan lomba ini upaya memberi wadah kreativitas mereka,” tambah pengajar Program Studi Seni Rupa Murni.
Di sisi lain, sebagai daerah pariwisata, perkembangan seni lukis kamasan yang merupakan salah satu identitas Bali yang sangat kuat menjadi salah satu pemikat wisatawan datang ke Pulau Dewata.
Ia berharap, penggunaan lukisan wayang klasik Kamasan lebih masif digunakan oleh masyarakat Bali. Selain untuk menghias merajan atau pura, lukisan wayang Kamasan juga baik untuk menghias ruangan rumah. Hal ini mengingat lukisan wayang Kamasan selain memiliki nilai estetika yang tinggi juga menyiratkan filosofi yang masih sangat relevan dalam kehidupan modern saat ini. “Auranya luar biasa, ada filosofi, itu kan menarik,” pungkasnya. *