Denpasar (Lokapalanews.com) – Kelestarian kain endek dan tenun tradisional Bali menjadi tanggung jawab bersama masyarakat Bali. Oleh sebab itu, pengetahuan masyarakat akan kearifan lokal dalam berbusana menggunakan kain tersebut perlu ditingkatkan melalui kegiatan-kegiatan yang dapat menegaskan nilai itu kepada masyarakat.
Hal itu diungkapkan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali sekaligus Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Provinsi Bali, Ny. Putri Suastini Koster saat memberi sambutan pada kegiatan Wimbakara (Lomba) Desain dan Peragaan Busana Adat Bali, bertempat di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Denpasar, Minggu, (2/7).
Lebih lanjut, Ny. Putri Suastini Koster menjelaskan jika membiarkan suatu sistem atau pola dalam berbusana di masyarakat sesuai keinginan sendiri, maka bisa menjadi ancaman hilangnya model bagi endek dan tenun tradisional Bali dalam 20 atau 50 tahun ke depan.
Diadakannya Lomba Desain dari Kain Endek dan Tenun Bali ini menurut Ny. Putri Suastini Koster akan menata kembali pengetahuan kepada masyarakat Bali tentang penggunaan busana sesuai kearifan lokal sekaligus nantinya berdampak sebagai multiplier efek kepada ekosistem perekonomian di masyarakat.
“Sebagai Ketua Dekranasda Provinsi Bali saya mengingatkan bahwa tanggung jawab pelestarian ada di diri kita masing-masing. Baik itu kita sebagai konsumen, pelaku UMKM , maupun sebagai produsen,” tegasnya.
Sementara itu, Putu Yanti Pusparini pemilik Diah Mode yang selaku koordinator desainer Duta Kabupaten Buleleng menjelaskan dalam perhelatan lomba desain busana kali ini mengajak beberapa generasi muda yang berasal dari Jurusan Tata Busana di Universitas Pendidikan Ganesha dan jurusan Tata Busana di SMKN 2 Singaraja dalam menyalurkan inovasinya sekaligus menjadi mentor dari anak didiknya tersebut.
“Hasil kerja keras kita membuahkan hasil pada hari ini dari 3 kategori yang dilombakan. Pada kategori busana wisuda, duta Kabupaten Buleleng meraih Juara 3,” jelasnya. *