Denpasar (Lokapalanews.com) – Program Kemitraan Masyarakat Universitas Warmadewa (PKM Unwar) melaksanakan pengabdian di Desa Kuwum, Kabupaten Badung. Tim membantu Kelompok Petani Subak Balangan, di Desa Kuwum, Kabupaten Badung, dalam menyusun masterplan penataan kawasan subak berbasis ekowisata.
Akademisi Fakultas Teknik dan Perencanaan Universitas Warmadewa mengajak anggota Subak Balangan di Desa Kuwum, Mengwi, Kabupaten Badung, untuk menata kawasan subak berbasis ekowisata (konservasi lingkungan, edukasi/pendidikan, kenyamanan pengunjung/wisatawan dan peningkatan perekonomian masyarakat). Seperti subak pada umumnya, penataan kawasan persawahan di daerah subak ini dilakukan secara tradisional dengan luas hampir 52 hektar, semuanya merupakan hasil garapan 175 orang petani.
Berbagai macam tumbuhan dikembangkan, mulai dari padi, sayur-mayur, buah-buahan, palawija, hingga bunga untuk keperluan persembahyangan. Mewakili satu dari sedikit areal persawahan yang ada di Kabupaten Badung Utara, saat ini Subak Balangan juga kerap dijadikan tempat jogging track ataupun lokasi rekreasi.
Untuk itu maka dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat dosen dan mahasiswa mengedukasi anggota subak untuk dapat mengembangkan dan menata kawasan subak berbasis ekowisata.
“Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk dapat memotivasi generasi muda akan pentingnya keberadaan tata kelola subak agar ke depannya subak dapat terus dilestarikan keberadaannya dan alih fungsi lahan dapat dikurangi, ” kata tim PKM yang terdiri dari Agung Eryani, Widya dan Kadek Merta.
Pada kegiatan ini tim dari dosen memberi pesan moral kepada generasi muda pentingnya menjaga sawah atau sistem irigasi Subak serta Pura Subak dengan melengkapi siteplan pengembangan kawasan Subak Balangan berbasis ekowisata. Juga dilengkapi dengan Kegiatan penyuluhan tentang pengolahan limbah rumput sisa pohon padi setelah dipanen oleh narasumber yang berasal dari dosen peternakan.
Masterplan Subak berbasis ekowisata ini menyajikan kawasan asli area pertanian dari hasil foto udara dengan drone, yang dioverlay dengan kondisi hasil survai dari tim pengabdi dengan melibatkan mahasiwa Unwar. Gambar Master plan, terdiri dari site plan, tampak depan, tampak atas, perspektif site plan dan fotongan.
“Harapan dari penataan ini agar aktifitas-aktifitas petani yang masih natural, wisatawan yang berkunjung akan diajak larut dalam kehidupan petani di sawah, dimana saat musim panen juga langsung bisa ikut memanen padi serta menjemurnya untuk selanjutnya bisa di proses menjadi beras, ” kata Agung Eryani.
Kawasan subak yang lestari dan tanpa asap dari pembakaran jerami, rencana pengembangan kawasan subak berbasis ekowisata. “Luaran dari kegiatan ini adanya teknologi tepat guna, adanya masterplan pengembangan kawasan subak menjadi kawasan ekowisata, ” katanya.
Luaran lain yang dicapai dari PKM ini adalah meningkatnya pengetahuan anggota subak dalam menjaga lingkungan subak, kawasan subak sebagai daerah penunjang kegiatan wisata, anggota subak memiliki tanggung jawab kepada alam, pura subak, dan lingkungan sekitar, dengan mengedepankan kegiatan wisata yang mengutamakan aspek konservasi alam, pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal, menghormati kepercayaan masyarakat sekitar dan pendidikan lingkungan.
Menurut Agung Eryani, Widya dan Kadek Merta, pada saat pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan pada Sabtu 19 Agustus 2023, mengakui upaya sosialisasi masterplan kawasan subak berbasis ekowisata dan pelatihan pengolahan limbah jerami padi menjadi pakan ternak sudah dilakukan melalui program pengabdian kepada masyarakat.
Pelaksanaannya PKM dimulai Juli sampai Oktober 2023 dari hibah Ristekdikti. Untuk mencapai tujuan PKM dilakukan melalui sosialisasi masterplan kawasan subak, penyuluhan penataan kawasan, pendampingan, pelatihan dan penerapan teknologi dengan praktik langsung di lapangan.
“Sosialisasi dan pelatihan ini harapannya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota Subak Balangan, meningkatkan ketahanan pangan serta memanfaatkan jerami untuk pakan ternak yang berkaitan dengan meningkatnya hasil ternak juga bernilai ekonomi tinggi, di mana sebagian besar masyarakat Desa Kuwum masih mengandalkan bekerja di sektor pertanian sebagai sumber penghasilan utama selain mata pencaharian lainnya,” katanya. *