Denpasar (Lokapalanews.com) – Pengunjung Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI disuguhkan pergelaran kesenian dari Yogyakarta dua hari berturut-turut, yakni seni tari dan karawitan Gagrak Yogyakarta serta pameran wayang Gagrak Yogyakarta, Selasa (25/6). Rekasadana (pergelaran) dari Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta tampil di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Senin (25/6) malam
Para pengunjung disuguhkan pameran dengan berbagai benda seni berupa wayang dan jenis kesenian khas Yogyakarta lainnya itu. Pameran itu, berlangsung di ruang penyambutan tamu atau areal sebelum pintu masuk ke tempat pementasan Gedung Ksirarnawa. Penonton yang hendak menyaksikan, diawali dari melihat-lihat berbagai benda-benda seni khas Yogyakarta.
Penjaga stand yang mengenakan busana khas Yogyakarya yang sangat ramah. Mereka menjelaskan setiap benda yang dipamerkan, sehingga para pengunjung mendapatkan gambaran tentang benda seni yang disaksikannya itu. Pengunjung, lebih banyak dari pecinta seni itu, tampak semangat untuk mencari keunikan yang ada pada gaya Yogyakarta itu.
Bukan hanya penjaga dan penampil, pendamping termasuk pendukung dari grup kesenian Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta mengenakan busana khas daerah, sehingga memberi warna berbeda dalam hajatan seni itu.
Akademi Komunitas ini tampil dengan gaya yang berbeda, yakni gaya daerahnya sendiri, gaya Yogyakarta. Walau, kisah atau cerita yang diangkat sama, namun sajiannya tetap unik dan menarik. Suguhan kesenian luar daerah itu, tak hanya memberi nuansa lain, tetapi juga menjadi edukasi bagi para seniman untuk menciptakan karya-karya baru.
Grup kesenian ini menampilkan tiga sajian seni yang diawali dengan Tari Golek Ayun-ayun, lalu Konser Karawitan Ladrang Wirangrong (gending laras pelog patat 6.). Sajian musik ini, tak hanya mengedepankan permainan alat musik gamelan, tetapi dipadu dengan suara sinden dengan tembang-tembang yang khas, serta tepukan tangan yang ditatat sangat apik.
Tari Golek Ayun-ayun diciptakan oleh KRT Sasmintadipura pada 1976. Tarian ini merepresentasikan seorang gadis yang beranjak dewasa dan mulai senang berdandan, merias diri. Untuk sajian sendratari, kesenian yang didukung sekitar 70 penari dan penabuh itu mengangkat judul “Satria Jati” yang mendapat apresiasi dari pengunjung PKB malam itu.
Sendratari Satria Jati dengan tema kepahlawanan yang mengambil cerita berasal dari epos Ramayana, yakni menggambarkan sosok Kumbakarna sebagai satria pembela negara. Kumbakarna membela Kerajaan Alengka sampai titik darah penghabisan. Ia membela negara, bukan karena kakaknya Rahwana berkuasa melakukan segala cara mendapatkan Dewi Sita.
Kumbakarna membela kerajaannya karena gempuran dari prajurit kera pimpiunan Rama Wijawa yang hendak merebut kembali istri tercinbtanya Dewi Sinta dari tangan Rahwana. Pagelaran sendratari ini sangat menarik. Sajiannya, tetap berpijak pada seni tradisi di Yogyakarta dan memadukan unsur tari tradisi kerakyatan dan klasik istana yang menarik.
Apalagi dipadu dengan kreativitas kekinian, sehingga mampu memberikan dinamika tanpa meninggalkan akar budaya yang ada. Pimpinan produksi, Ari Dwi Rahmawati mengatakan, sendratari “Satria Jati” itu diangkat sesuai dengan tema PKB XLVI, yakni “Jana Kerthi Paramaguna Wikrama”, harkat martabat manusia unggul. *R12