Denpasar (Lokapalanews.com) – Es cendol, ehmm…sangat menyegarkan menyeruputnya di kala cuaca panas mendera. Es cendol memiliki rasa khas. Sebagai minuman tradisional, keberadaan es cendol tak dapat dipandang sebelah mata. Es cendol pun dikemas dalam aneka ragam produk dan memiliki penggemar sendiri. Saat ini es cendol mudah ditemui dari pinggir jalan hingga hotel berbintang.
Jika ke Pasar Wangaya Denpasar, usai membeli bunga atau janur pelengkap upacara, maka mampirlah sejenak ke warung milik Made Astiti, penjual es cendol di kawasan pasar Wangaya. Letaknya di barat daya perempatan Pasar Wangaya atau berada di belakang toko Tepung. Meski letaknya berada di balik gedung bertingkat, namun semangkuk es cendol yang dijual dengan harga Rp 5.000 memiliki penggemar tersendiri, selain pedagang bunga, ceper atau pedagang janur.
Es cendol yang dijual Made Astiti ini memiliki keunikan tersendiri, yakni ada bubur sumsum warna hijau, kolak ubi atau pisang, bubur ketan merah, bubur Mutiara, cendol warna hijau, berkuahkan santan, dan beberapa butir es sebagai pendingin. Dan terakhir sebelum disajikan, nenek tiga cucu ini akan menanyakan gulanya, apakah gulanya? Pembeli bisa memilih gula merah dari nira atau gula biasa, tergantung cita rasa yang diinginkan.
Nyoman Sucitawati dan Ibu Nyoman adalah penggemar dari es cendol Made Astiti. Menurut mereka, es cendol yang djual sangat terjangkau dan sangat melegakan tenggorokan.
Menurut Made Asiti, kreasi es cendolnya ini didapatkan dari belajar otodidak, dengan memadupadankan rasa. Mantan tukang suwun di Pasar Badung ini, sejak jam 5 pagi telah bangun dan langsung membuat racikan pelengkap es cendol. Ia menjadi contoh dari begitu banyaknya wanita yang berjuang untuk hidup dan kehidupan. Sederhana, ia hanya berharap es cendol dan pelengkap lainnya seperi rujak, agar-agar, dan tipat cantoknya laris setiap hari, sehingga besok bisa berjualan kembali. *par