Dampak Fenomena “Es Moni”, Perlu ada Sosialisasi dan Edukasi Bahaya Miras Oplosan

Anggota Komisi XI DPR RI Arzeti Bilbina.

Jakarta (Lokapalanews.com) – Mencatut nama sebuah jenama minuman rasa buah kemasan ‘Es Moni’, ternyata malah meresahkan masyarakat di Kabupaten Demak, Jawa tengah. Hal itu lantaran ‘Es Moni’ tersebut justru merupakan minuman keras oplosan. Dibanderol dengan harga yang cukup murah dan dibumbui oleh minuman berperisa, membuat miras oplosan ini digandrungi oleh banyak orang, bahkan tak menutup kemungkinan untuk juga dicicipi pelajar.

Berangkat dari keresahan berbagai lapisan masyarakat atas beredarnya minuman oplosan ini, Anggota Komisi XI DPR RI Arzeti Bilbina meminta pemerintah, khususnya pemerintah daerah (pemda) untuk menggencarkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya ‘Es Moni’ bagi kesehatan. Arzeti mengatakan sosialisasi dapat menggunakan berbagai sarana, termasuk platform media sosial yang banyak digunakan generasi muda.

“Kandungan alkohol dalam arak sudah pasti sangat berbahaya bagi kesehatan. Apalagi dicampur dengan bahan-bahan lain yang kita belum ketahui keamanannya. Belum lagi minuman beralkohol juga punya dampak-dampak sosial dan keamanan,” tutur Arzeti Bilbina dalam keterangan tertulis yang dilansir Parlementaria, Jumat (20/9).

Arzeti menambahkan, pemerintah harus rinci dalam memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya mengonsumsi minuman alkohol oplosan. Selain mengganggu pencernaan, minuman keras dapat merusak organ tubuh. “Informasi-informasi seperti inilah yang harus disosialisasikan kepada masyarakat agar paham dampak dari mengonsumsi minuman keras oplosan,” kata politisi Fraksi PKB ini.

Arzeti juga menyoroti mudahnya akses ‘Es Moni’ untuk didapatkan masyarakat dan khawatir pada dampak sosialnya, terutama bagi anak muda. “Karena anak remaja cenderung penasaran dan sedang dalam masa mencari jati diri sehingga gampang terpengaruh tren. Maka penting sekali akses peredaran minuman alkohol oplosan ini dihentikan. Apalagi rasanya dianggap enak dan variatif, saya khawatir sekali anak-anak kecil yang tidak tahu kandungan ‘Es Moni’ ini ikut-ikutan membelinya. Pengawasan orangtua di sini menjadi kunci,” ujarnya.

Selain peran orangtua, Arzeti menilai pemerintah dapat menggandeng tokoh-tokoh masyarakat atau tokoh agama untuk memperkuat sosialisasi tentang bahaya dari ‘Es Moni’.

“Biasanya imbauan dari tokoh-tokoh lebih banyak didengarkan oleh masyarakat, apalagi tokoh-tokoh yang mereka sukai. Pemerintah bisa melibatkan tokoh-tokoh masyarakat ternama untuk memberantas tren ‘Es Moni’,” katanya. *332