Jakarta (Lokapalanews.com) – Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menggandeng Perpustakaan Nasional (Perpusnas) dalam penyediaan jurnal langgan nasional, sehingga semua kampus memiliki akses yang setara untuk referensi keilmuan, Jumat (7/3).
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto dalam pertemuan dengan Kepala Perpusnas, Aminudin Aziz menyampaikan bahwa referensi keilmuan berupa jurnal, bagi kampus merupakan hal penting.
“Kami ingin melihat budaya ilmiah muncul, orang harus cinta dengan national library, kita jadikan ini ikon pengembangan,” ujar Menteri Brian.
Digagasnya kerja sama dengan Perpusnas, dinilai akan menjawab tantangan yang dihadapi kampus, baik negeri maupun swasta, terkait terbatasnya akses jurnal.
Hal ini menjadi urgensi Kemdiktisaintek merujuk fenomena tingginya pagu anggaran yang dikeluarkan kampus untuk berlangganan jurnal, namun secara penggunaan tidak maksimal. Kampus besar mampu mengakses lebih banyak jurnal, ketimbang yang kecil.
Satu langgan nasional di bawah pilar Perpusnas ini, nantinya juga menjadi solusi bagi optimalisasi anggaran yang sedang dihadapi kampus, sehingga pagu yang biasanya dialokasikan untuk langgan, dapat digunakan untuk kebutuhan pengembangan lainnya.
“Jika semuanya dilanggan Perpusnas, bisa diakses seluruh rakyat Indonesia,” kata Aminudin.
Kemdiktisaintek akan membuat satuan tugas khusus yang melibatkan perguruan tinggi, kementerian dan lembaga terkait lainnya, sehingga nantinya dapat dirumuskan jurnal dengan persentase paling tinggi digunakan di Indonesia untuk kemudian dapat dilanggan oleh Perpusnas, sehingga bisa diakses secara luas.
Kemdiktisaintek juga menyoroti banyaknya jurnal yang ada di Indonesia, namun hanya 11 jurnal yang terindeks Scopus Q1.
“Jurnal tidak usah banyak-banyak, kita merger saja, tapi semuanya terukur, hingga nanti jurnal nasional publisher-nya bisa di bawah Perpusnas,” kata Menteri Brian.
Wamendiktisaintek Stella Christie menyatakan bahwa jurnal yang berbayarpun pada dasarnya memiliki kualitas yang kurang bagus, namun para peneliti belum sepenuhnya menyadari bahwa banyak jurnal yang diakses secara gratis, namun secara kualitas sangat bagus.
“Optimalkan anggaran, sekaligus juga kita tingkatkan kualitas bacaan,” ungkap Wamen Stella.
Direktur Jenderal Sains dan Teknologi (Dirjen Saintek) Ahmad Najib Burhani juga berharap Perpusnas melakukan pembaharuan sehingga lebih mudah dan menarik untuk diakses. Kerja sama ini ditargetkan akan bisa dilaksanakan di tahun anggaran 2026 nantinya. *R101