Iklan Berganti
Ekbis  

Peluang di Tengah Koreksi IHSG, Dosen UGM Sarankan Strategi Beli Saham Cermat

Kepala Departemen Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM), I Wayan Nuka Lantara, Ph.D.

Yogyakarta (Lokapalanews.com) – Kondisi pasar saham Indonesia saat ini tengah mengalami tekanan signifikan, tercermin dari pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Berbagai faktor, mulai dari sentimen global yang kurang kondusif, penurunan harga komoditas, hingga tekanan inflasi, turut memperburuk ketidakpastian di pasar modal.

Menyikapi situasi ini, Kepala Departemen Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM), I Wayan Nuka Lantara, Ph.D., Selasa (9/4) memberikan pandangan bahwa penurunan IHSG justru dapat menjadi momentum bagi investor pemula untuk mulai berinvestasi. Namun, ia menekankan pentingnya kehati-hatian dan pengelolaan keuangan yang bijak.

“Penurunan harga saham saat ini dapat diibaratkan sebagai “diskon” bagi investor. Akan tetapi, ia mengingatkan agar investor tidak terburu-buru dalam melakukan pembelian. Pemilihan saham dengan fundamental perusahaan yang solid dan prospek bisnis yang cerah di masa depan menjadi kunci utama,” katanya, dilansir laman resmi UGM.

Lebih lanjut, Wayan Nuka menekankan pentingnya memastikan kebutuhan konsumsi terpenuhi dan memiliki dana darurat yang mencukupi sebelum mengalokasikan dana untuk investasi. Ia menyoroti fenomena ‘mantap’ atau makan tabungan, di mana pemula berinvestasi tanpa perhitungan yang matang, yang berpotensi menimbulkan kerugian.

Investasi, menurut Wayan Nuka, bukanlah sekadar mencari keuntungan cepat atau mengikuti tren sesaat. Terutama dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil, keputusan investasi yang didasari emosi dan keinginan untuk mendapatkan keuntungan besar justru dapat meningkatkan risiko kerugian.

Ia memberikan contoh anomali pasar seperti fluktuasi harga emas dan penurunan nilai aset kripto serta saham teknologi di Amerika Serikat. Fenomena ini menunjukkan bahwa pola investasi lama tidak lagi dapat dijadikan acuan mutlak.

Meskipun pasar penuh dengan ketidakpastian, Wayan Nuka berpendapat bahwa investasi tetap krusial untuk menjaga daya beli dalam jangka panjang. Menyimpan uang tunai semata akan menyebabkan nilainya terus tergerus oleh inflasi. Investasi menjadi salah satu cara untuk membangun ketahanan finansial di masa depan.

Melihat tren pasar dalam tiga bulan ke depan, Wayan Nuka cenderung pesimis dan tidak melihat adanya sinyal positif yang kuat. Ia menilai tidak ada insentif yang dapat memicu optimisme pasar saat ini. Jika sentimen negatif terus berlanjut, kondisi ini dapat membahayakan stabilitas pasar modal.

Oleh karena itu, Wayan Nuka mendesak pemerintah untuk melakukan kajian fundamental dan pemetaan ulang terhadap sektor ekspor nasional yang masih bergantung pada komoditas. Ia menekankan perlunya mencari peluang baru di tengah tekanan ekonomi global.

Sebagai penutup, Wayan Nuka kembali mengingatkan bahwa investasi adalah instrumen jangka panjang. Investor perlu memiliki pemahaman yang baik tentang risiko dan potensi keuntungan, serta melakukan analisis yang cermat sebelum mengambil keputusan investasi. *R106