Jakarta (Lokapalanews.com) – Sebuah penemuan tak terduga di Stasiun KRL Tanah Abang menjadi awal mula terungkapnya sindikat pemalsuan uang yang beroperasi secara terorganisir di wilayah Jawa Barat. Aparat kepolisian berhasil membongkar jaringan ini setelah menelusuri jejak sebuah tas mencurigakan yang tertinggal di dalam gerbong kereta rel listrik (KRL) dengan tujuan Rangkas Bitung.
Kompol Haris Akhmad Basuki, Kapolsek Metro Tanah Abang, mengungkapkan kronologi penemuan yang berujung pada pengungkapan kasus besar ini. Kecurigaan petugas berawal ketika mendapati sebuah tas tanpa pemilik di salah satu gerbong kereta. Petugas kemudian melakukan observasi dan menunggu kemungkinan pemilik tas tersebut kembali mengambilnya.
Setelah beberapa waktu, seorang pria berinisial MS (45) datang untuk mengambil tas tersebut. Namun, gelagat mencurigakan MS saat petugas hendak memeriksa isi tas menimbulkan kecurigaan lebih lanjut. Sempat terjadi perdebatan alot, hingga akhirnya petugas memaksa MS untuk membuka tas tersebut.
Betapa terkejutnya petugas ketika mendapati isi tas tersebut adalah uang tunai pecahan Rp100 ribu dengan total nilai fantastis, mencapai Rp316 juta. Kecurigaan semakin menguat, dan setelah diinterogasi lebih lanjut, MS akhirnya mengakui bahwa uang tersebut adalah uang palsu.
Pengakuan MS menjadi titik terang bagi kepolisian untuk mengembangkan kasus ini lebih dalam. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari MS, petugas bergerak cepat dan berhasil mengamankan dua pelaku lainnya, yakni BI (50) dan E (42), di sebuah hotel di kawasan Mangga Besar. Dari penangkapan keduanya, polisi berhasil menyita barang bukti uang palsu senilai Rp451 juta.
Tidak berhenti di situ, pengembangan kasus terus dilakukan. Keesokan harinya, Selasa (8/4), berdasarkan keterangan dari BI dan E, tim gabungan kembali berhasil meringkus dua orang yang berperan sebagai pengedar uang palsu, yaitu BS (40) dan BBU (42).
Upaya pemberantasan jaringan pemalsuan uang ini terus berlanjut. Pada Rabu (9/4), petugas berhasil menangkap seorang perantara berinisial AY (70) di wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat. Peran AY sangat signifikan dalam menghubungkan produsen dan pengedar uang palsu.
Setelah berhasil mengamankan AY, kepolisian kembali melakukan pengembangan hingga akhirnya berhasil menangkap DS di kediamannya di wilayah Kota Bogor. Rumah DS ternyata merupakan lokasi utama yang digunakan sebagai pabrik atau tempat mencetak uang palsu.
Dalam penggerebekan di rumah DS, petugas juga berhasil mengamankan LB yang berperan sebagai penyedia tempat untuk aktivitas ilegal tersebut. Dengan penangkapan LB, total anggota sindikat yang berhasil diamankan oleh pihak kepolisian berjumlah delapan orang.
Sebelumnya, informasi mengenai keberadaan pabrik uang palsu ini telah terendus oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia. Lokasi pabrik tersebut berada di sebuah rumah di Perumahan Griya Melati, Kelurahan Bubulak, Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat.
Kasatreskrim Polresta Bogor Kota, AKP Aji Riznaldi, membenarkan adanya penggerebekan tersebut. Ia menjelaskan bahwa proses penanganan awal kasus ini dilakukan oleh Polsek Metro Tanah Abang, dan pihaknya memberikan bantuan penuh dalam proses penggerebekan pabrik uang palsu tersebut.
Penggerebekan lokasi produksi uang palsu ini dilakukan secara terkoordinasi pada Rabu (9/4) sekitar pukul 06.00 WIB. Operasi tersebut dipimpin langsung oleh Kanit Reskrim Tanah Abang, Kompol M Malau, dan melibatkan anggota TNI dari Kodim 0606/Kota Bogor sebagai bentuk sinergitas antar aparat penegak hukum.
Kasus ini menjadi bukti keberhasilan aparat kepolisian dalam mengungkap kejahatan terorganisir yang dapat merusak stabilitas ekonomi negara. Penemuan tas misterius di KRL Tanah Abang menjadi mata rantai awal yang membuka tabir praktik ilegal pembuatan dan peredaran uang palsu skala besar. *R105
