Overtourism bukan Sekadar Keluhan, Momentum Aksi Nyata Selamatkan Destinasi

Wisatawan asing yang sedang berlibur di Bali. Foto: Kemenpar

Denpasar (Lokapalanews.com) – Sorotan global terhadap tekanan pariwisata berlebihan atau overtourism di berbagai destinasi unggulan dunia kini bertransformasi menjadi gelombang inisiatif konstruktif yang menjanjikan. Alih-alih sekadar melontarkan keluhan, berbagai upaya inovatif bermunculan dengan tujuan mulia yakni memberikan pemahaman mendalam tentang kompleksitas isu ini, menawarkan solusi yang berkelanjutan, serta menjaga warisan wisata yang tak ternilai harganya untuk generasi mendatang.

Pandangan sempit yang menganggap gerakan terkait overtourism sebagai sekadar kampanye negatif kini terbantahkan oleh fokus utama gerakan ini, yakni mencari solusi konkret dan membangun ekosistem pariwisata yang lebih bertanggung jawab dan berkeadilan.

Penegasan ini disampaikan oleh pengamat pariwisata dari Stispol Wira Bhakti, Dr. Dewa Agus Yuda Ariawan, S.E., M.Si., dalam pernyataannya pada Selasa (15/4), yang menyoroti perubahan paradigma dalam menyikapi isu krusial ini.

Dr. Dewa Ariawan menjelaskan bahwa fenomena lonjakan wisatawan yang tidak terkendali telah memicu berbagai tantangan serius di sejumlah destinasi ikonik, tak terkecuali Bali yang kaya akan keindahan alam dan budaya.

Konsekuensi dari overtourism pun bersifat multidimensi, meliputi degradasi lingkungan alam yang mengkhawatirkan, peningkatan biaya hidup yang membebani masyarakat setempat, hingga penurunan kualitas pengalaman berwisata yang dirasakan oleh para pelancong.

Kondisi inilah yang kemudian mendorong berbagai pihak, mulai dari organisasi masyarakat sipil yang peduli, pemerintah daerah yang bertanggung jawab, hingga pelaku bisnis pariwisata yang visioner, untuk secara aktif meluncurkan kampanye dengan fokus dan pendekatan yang beragam namun satu tujuan.

“Sejumlah kampanye saat ini berupaya secara intensif menanamkan kesadaran yang lebih mendalam kepada para wisatawan mengenai pentingnya etika berwisata yang sesungguhnya, termasuk menghargai tradisi dan kearifan lokal serta bertanggung jawab penuh terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan,” ujarnya dengan penuh harap.

Lebih lanjut, inisiatif-inisiatif cerdas lainnya mendorong para pelancong untuk lebih berani menjelajahi destinasi alternatif yang belum terlalu padat atau memilih waktu kunjungan di luar musim ramai (peak season) demi mengurangi tekanan pada lokasi-lokasi wisata yang sudah sangat populer.

“Inisiatif-inisiatif yang konstruktif ini lebih tepat dipandang sebagai upaya positif dan proaktif untuk menjaga keberlangsungan industri pariwisata secara keseluruhan, bukan sekadar tindakan menyalahkan kedatangan wisatawan,” tegasnya.

Menurut dosen di Program Studi Pariwisata ini, tujuan utama dari gerakan yang semakin masif ini bukanlah untuk menghalangi antusiasme wisatawan untuk berkunjung, melainkan untuk mengatur arus kunjungan secara lebih bijaksana dan terukur demi kebaikan bersama dalam jangka panjang.

Overtourism telah menjadi isu krusial yang memerlukan penanganan serius dan terpadu demi kemaslahatan seluruh pihak yang terlibat, dan berbagai kampanye yang sedang berjalan adalah bagian integral dari upaya kolektif untuk mencapai tujuan tersebut.

Kampanye-kampanye terkait overtourism saat ini semakin berorientasi pada penyediaan solusi praktis dan inovatif yang dapat diterapkan secara efektif di lapangan, menunjukkan adanya kematangan dalam menyikapi isu ini.

Beberapa destinasi mulai memberlakukan pembatasan jumlah pengunjung yang lebih ketat, menerapkan sistem tarif masuk yang lebih tinggi pada periode puncak kunjungan, atau secara aktif mengembangkan infrastruktur yang lebih memadai untuk mengakomodasi wisatawan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Langkah-langkah nyata ini dengan jelas menunjukkan adanya fokus yang kuat pada tindakan implementatif, bukan sekadar retorika negatif yang tidak menghasilkan perubahan signifikan di lapangan.

Penting untuk dipahami bersama bahwa keberhasilan kampanye-kampanye yang bertujuan mengatasi overtourism ini sangat dipengaruhi oleh cara pesan disampaikan kepada publik dan para pemangku kepentingan.

Kampanye yang hanya menonjolkan dampak negatif tanpa menawarkan alternatif solusi yang realistis atau melibatkan partisipasi aktif dari wisatawan dan komunitas lokal secara inklusif berisiko dianggap kontraproduktif dan tidak efektif.

Sebaliknya, kampanye yang mampu menyajikan data dan fakta secara komprehensif dan akurat, memberikan edukasi dengan pendekatan yang positif dan membangun, serta mengajak seluruh pihak untuk berkolaborasi secara sinergis dalam mencari solusi yang berkelanjutan akan memiliki dampak yang jauh lebih signifikan dalam mencapai tujuannya.

Dengan demikian, esensi mendasar dari gerakan yang berkaitan dengan isu overtourism adalah ajakan yang tulus dan mendesak untuk bertindak secara konstruktif dan bertanggung jawab demi masa depan pariwisata yang lebih baik.

Menurut Dewa Ari, sapaan akrabnya, dengan meningkatnya pemahaman bersama akan urgensi pariwisata yang berkelanjutan, diharapkan inisiatif-inisiatif cerdas yang berupaya mengatasi overtourism akan terus berkembang pesat dan memberikan kontribusi positif yang signifikan bagi masa depan industri pariwisata global secara keseluruhan.

Sinergi yang kuat dan harmonis antara wisatawan yang bertanggung jawab, pemerintah yang visioner, pelaku industri pariwisata yang inovatif, dan masyarakat setempat yang ramah menjadi kunci utama untuk memastikan bahwa keindahan alam yang memukau dan kekayaan budaya yang tak ternilai harganya di berbagai destinasi dapat terus dinikmati oleh generasi yang akan datang.

Oleh karena itu, overtourism seharusnya lebih tepat dipandang sebagai panggilan mendesak untuk melakukan perubahan positif dan transformatif dalam pengelolaan pariwisata, bukan sekadar kampanye yang bernada negatif dan kontraproduktif. *R104

Lokapalanews.com adalah salah satu media online di Indonesia hadir dengan sajian informasi yang aktual, informatif, inspiratif, dan mencerahkan di tengah derasnya aliran informasi yang tak jelas kebenarannya.