Mentari pagi di Taman Pujaan Bangsa (TPB) Margarana seolah ikut menyaksikan sebuah janji diikrarkan kembali. Di tempat yang menyimpan jejak heroisme I Gusti Ngurah Rai, cucunya, Anak Agung Nanik Suryani, S.T., kembali berdiri tegak, menerima tongkat estafet kepemimpinan Pemuda Panca Marga (PPM) Bali untuk periode 2025-2030. Lebih dari sekadar suksesi organisasi, Musyawarah Daerah (Musda) XII ini menjadi panggung bagi seruan lantang tentang pentingnya merawat bara ideologi perjuangan di jantung generasi muda Bali.
Hembusan angin sepoi-sepoi membawa aroma bunga yang ditaburkan di monumen TPB Margarana, sebuah ritual khidmat yang mengiringi peringatan HUT ke-54 PPM. Setiap kelopak yang jatuh adalah representasi penghargaan atas pengorbanan para pahlawan, termasuk kakek Nanik Suryani, yang rela berjuang hingga titik darah penghabisan demi kemerdekaan yang kini dinikmati. Di tengah khidmatnya acara, terasa betul benang merah yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan bangsa.
“Kita adalah pewaris semangat para pahlawan,” ujar Nanik Suryani dengan suara yang bergetar namun penuh keyakinan. Seolah ingin menancapkan setiap kata dalam benak mereka. “Lebih dari sekadar ikatan darah, kita mengemban tanggung jawab untuk meneruskan cita-cita dan ideologi mereka.”
Di era digital yang serba cepat ini, di mana batas-batas negara semakin kabur dan informasi membanjiri tanpa henti, ancaman proxy war menjadi momok yang nyata. Ia tidak datang dengan dentuman meriam, namun merasuk perlahan melalui ideologi-ideologi asing yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Nanik Suryani menyadari betul bahaya laten ini. Baginya, menanamkan kesadaran ideologis kepada generasi muda bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan yang mendesak.
“Tantangan zaman semakin kompleks. Kita harus membentengi generasi muda kita dengan pemahaman yang kuat tentang ideologi bangsa,” tegasnya. Nada suaranya penuh dengan tekad untuk menjadikan PPM Bali sebagai garda terdepan dalam melestarikan warisan ideologi di Pulau Dewata.
Momen puncak acara terasa begitu sakral ketika Ketua Umum PPM, Patriani Paramita Mulia, menyerahkan bendera pataka organisasi kepada Nanik Suryani. Di bawah langit Bali yang membentang luas, bendera kebesaran itu berpindah tangan, bukan hanya sebagai simbol transisi kepemimpinan, tetapi juga sebagai amanah yang sarat makna. Amanah untuk menjaga marwah organisasi dan melanjutkan perjuangan dengan berlandaskan ideologi yang sama yang telah mengantarkan bangsa ini meraih kemerdekaan.
Menerima amanah itu, Nanik Suryani tak bisa menyembunyikan rasa harunya. Kepercayaan yang diberikan adalah tanggung jawab besar yang siap ia pikul bersama seluruh anggota PPM Bali. Ia mengajak untuk merapatkan barisan, memperkuat persatuan, dan bersama-sama berkontribusi bagi kemajuan Bali dan Indonesia, dengan ideologi perjuangan sebagai kompas penuntun.
Di bawah kepemimpinannya, PPM Bali bertekad untuk tidak hanya menjadi organisasi kepemudaan biasa. Mereka ingin menjadi penjaga memori kolektif bangsa, melestarikan warisan sejarah dan kekayaan budaya Bali, dan yang terpenting, menanamkan pemahaman serta pengamalan ideologi perjuangan dalam setiap gerak langkah mereka.
Bayangkan, generasi muda Bali yang tidak hanya bangga dengan keindahan alam dan budayanya, tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai luhur yang diperjuangkan para pahlawan. Mereka akan menjadi benteng kokoh dalam menghadapi berbagai tantangan global, memiliki filter yang kuat terhadap pengaruh negatif, dan yang terpenting, memiliki semangat nasionalisme dan kecintaan terhadap tanah air yang tak lekang oleh waktu.
Di TPB Margarana, di bawah naungan semangat para pahlawan, sebuah harapan baru kembali bersemi. Harapan akan generasi muda Bali yang tidak hanya mewarisi darah perjuangan, tetapi juga mewarisi semangat dan ideologi yang sama. Sebuah harapan yang akan terus disemai dan dirawat, demi masa depan Bali dan Indonesia yang gemilang. *