Bangli (Lokapalanews.com) – 5 Oktober 2017 adalah hari yang sangat bersejarah dalam hidup Dewa Putu Mangku, di mana kedatangannya ke kampung halamannya di Tegalasah, Tembuku, Bangli untuk bersembahyang sekaligus menyaksikan prosesi nyanjan, mengubah hidupnya dari seorang biasa menjadi jan banggul Pura Penataran Desa Tegalasah Kelod.
Nyanjan, yakni sebuah prosesi spiritual yang sangat dipercaya oleh masyarakat adat untuk memilih seorang pemangku. Hal ini dikarenakan, jan banggul atau pemangku pura dalam kondisi kosong. Berdasarkan kesepakatan seluruh krama inilah digelar prosesi nyanjan.
Melalui kekuatan spiritual, secara kasat mata mangku ketakson yang dipercayai akan melihat sesorang yang dipilih dalam keadaan bercahaya. Sinar suci Ida Ratu Sesuhunan yang berstana di Pura Penataran itu pun telah memilih tapakan Ida yakni Dewa Putu Sudarsana. “Dari Denpasar, tiang tidak ada persiapan apapun, niat hanya sembahyang seperti biasanya. Setelah tiang ditapak itulah tiang baru berpikir apa benar atau tidak tiang dipilih, karena berbicara suci tidak suci itu adalah sebelas dua belas,” katanya.
Karena sudah dipilih, akhinya Dewa Putu Mangku pun melalui rangkaian menjadi seorang pemangku. Tanggung jawab spiritual mulai diembannya. “Tiang berserah diri kepada beliau, kalau memang beliau rauh dan menghendaki tiang sebagai jan banggul tiang bersedia dan siap, biar ada Ida Betara Sakti yang memberikan penuntunan, cuma itu saja tidak ada persiapan apapun,” ungkap pria 66 tahun ini.
Berlatar belakang dari seorang anak polisi dan berkehidupan di Denpasar, Dewa Putu Mangku kini sudah mulai total dalam melepaskan kehidupannya yang terdahulu, secara perlahan Dewa Putu Mangku mulai belajar tentang menjadi tata cara menjadi pemangku . “Sebatas hanya menghaturkan bakti perayunan, pejati dan sorohan,” ujar pensiunan Sekretariat DPRD Provinsi Bali ini.
Tujuh tahun telah berlalu, Dewa Putu Mangku mengemban amanat spiritual di Desa Tegalasah Kelod. Kehidupannya yang dahulu bergelut dengan rutinitas pemerintahan, bak berbalik seratus delapan puluh derajat yakni ngayah secara sekala dan niskala.
Jan banggul Pura Penataran Tegalasah Tembuku Bangli, Dewa Putu Mangku meninggalkan Denpasar dan menetap di kampung halamanya. Tanggung jawab spiritual itu sangat dirasakan oleh Dewa Putu Mangku. “Tiang rasakan setelah menjadi jan banggul di pura, ayah-ayahan tiang sekala niskala, tiang utamakan dumun ayah-ayahan ring ida dane banjar dan Ida Ratu Sesuhunan, harapan saya agar semua baik dan yang rahayu,” ujar Dewa Putu Mangku.
Dalam menjalankan swadarma menjadi seorang pemangku atau jan banggul di Pura Penataran Kelod Tegalasah, Dewa Putu Mangku pun mempunyai tips tersendiri. “Tiang hanya IPB, yakni ikhlas, pasrah dan berserah, pasrah itu tidak putus asa, iklas dan menyerahkan diri sepenuhnya untuk ngaturang ayah,” ungkap Dewa Putu Mangku sambil tersenyum. *par