Jakarta (Lokapalanews.com) – Gelombang aspirasi masyarakat Bali terkait implementasi program BPJS Kesehatan bagi warga negara asing (WNA) akhirnya mencapai Gedung Parlemen. Anggota Komisi IX DPR RI, Tutik Kusuma Wardhani, lantang menyuarakan kegelisahan mendalam atas potensi ketidakadilan yang timbul akibat kebijakan tersebut. Dalam kunjungan kerja Komisi IX DPR RI ke Pulau Dewata, Senin (14/4), Tutik tanpa ragu menyampaikan protes kerasnya kepada perwakilan BPJS Kesehatan.
“Saya telah menerima begitu banyak keluhan, baik dari para tenaga medis yang berjuang di garda terdepan pelayanan kesehatan, maupun dari masyarakat Bali secara luas,” ungkap Tutik, dilansir Parlementaria.
Ia menambahkan, kesempatan bertemu dengan perwakilan BPJS Kesehatan ini dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyampaikan segala unek-unek yang selama ini membebani pikiran dan hati masyarakat Bali.
Fokus utama kritikan Tutik tertuju pada Peraturan Presiden (Perpres) yang membuka pintu bagi WNA untuk menjadi peserta aktif BPJS Kesehatan. Menurutnya, regulasi ini memerlukan pengkajian ulang yang mendalam, terutama dalam aspek pengawasan yang lemah dan ketiadaan batasan yang jelas. Politisi dari Fraksi Demokrat ini secara tegas menyatakan bahwa mayoritas WNA yang menetap di Bali tidak memberikan kontribusi signifikan berupa pembayaran pajak kepada negara.
Merujuk pada Peraturan Presiden RI Nomor 111 Tahun 2013, WNA yang telah tinggal di Indonesia selama lebih dari enam bulan berhak untuk mendaftarkan diri sebagai peserta BPJS Kesehatan. Bahkan, WNA yang bekerja di Indonesia dengan masa kontrak minimal enam bulan diwajibkan untuk menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
“Kita semua mengetahui bahwa dasar hukum bagi WNA untuk dapat mengakses BPJS Kesehatan memang tertuang dalam Perpres. Namun, yang menjadi pertanyaan mendasar adalah, mengapa Perpres tersebut terkesan tanpa ‘pagar’ yang jelas? Kita menyaksikan sendiri, banyak dari mereka yang tidak berkontribusi melalui pajak, sementara saudara-saudara kita sebangsa masih banyak yang belum terjangkau oleh program Penerima Bantuan Iuran (PBI),” katanya.
Lebih lanjut, Tutik menyoroti jurang ketimpangan yang semakin menganga antara masyarakat lokal Bali dan para WNA. Ia menerima laporan yang mengindikasikan bahwa WNA seringkali menikmati berbagai fasilitas dan layanan tanpa mengindahkan aturan yang berlaku dengan semestinya. Bahkan, dalam beberapa kasus yang sangat disesalkan, Tutik mendapatkan aduan mengenai sikap sejumlah WNA yang tidak menunjukkan rasa hormat terhadap para tenaga kesehatan di Indonesia.
“Saya menerima laporan yang sangat memprihatinkan,” ungkap Tutik dengan raut wajah kecewa. “Ada oknum warga asing yang kedapatan mengunjungi tempat prostitusi, kemudian terjangkit penyakit menular seksual. Ironisnya, ketika berobat, mereka justru marah-marah kepada dokter karena biaya pengobatannya tidak ditanggung oleh BPJS. Padahal, penjelasan mengenai hal tersebut sudah disampaikan secara detail dan komprehensif. Mari kita renungkan sejenak, apakah bangsa kita yang berada di luar negeri berani bersikap demikian? Tentu saja tidak. Kita diajarkan untuk selalu patuh dan menghormati aturan di mana pun kita berada.”
Sebagai wakil rakyat yang berasal dari daerah pemilihan Bali, Tutik dengan tegas meminta seluruh pihak terkait, termasuk aparat penegak hukum dan instansi pemerintah, untuk bertindak lebih tegas dan responsif dalam menangani permasalahan yang semakin meresahkan ini. Ia mengingatkan bahwa setiap aturan yang dibuat dan diimplementasikan harus senantiasa mengedepankan dan melindungi kepentingan masyarakat Indonesia sebagai prioritas utama.
“Semua regulasi pada dasarnya memiliki tujuan yang baik, namun saya mohon agar implementasinya memiliki batasan yang jelas dan terukur,” tegas Tutik dengan suara lantang. “Jangan sampai kita terlena dan kecolongan. Mengapa mereka bisa leluasa menikmati kehidupan yang serba nyaman di sini, bahkan mengambil sebagian dari porsi ekonomi masyarakat Bali, sementara masyarakat kita sendiri justru harus selalu mengalah dan pada akhirnya terpinggirkan di tanah kelahirannya sendiri?” pungkasnya dengan nada penuh harap agar aspirasi ini segera direspon dengan tindakan nyata. *R103