Lestarikan Permata Alam Tersembunyi Indonesia

Indonesia menyimpan kekayaan alam yang tak ternilai. Dari laut biru hingga hutan tropis, dari gunung megah hingga air terjun menawan.

Jakarta (Lokapalanews.com) – Hari Bumi yang diperingati setiap tanggal 22 April menjadi momen penting untuk mengingatkan dunia akan tanggung jawab bersama menjaga kelestarian lingkungan. Ini adalah panggilan untuk bertindak, bukan sekedar seremonial tahunan.

Sebagai negara dengan ribuan pulau, Indonesia menyimpan kekayaan alam yang tak ternilai. Dari laut biru hingga hutan tropis, dari gunung megah hingga air terjun menawan – semuanya menyatu membentuk surga ekologis yang luar biasa.

Selama ini, destinasi seperti Danau Toba, Pulau Komodo, dan Nusa Penida telah menjadi ikon wisata nasional. Namun, masih banyak kekayaan alam tersembunyi yang belum menyentuh arus besar pariwisata, namun menyimpan potensi besar untuk dikembangkan secara berkelanjutan.

Salah satu contohnya adalah Kepulauan Wakatobi di Sulawesi Tenggara. Dikenal sebagai surga penyelamatan, Wakatobi memiliki ekosistem bawah laut yang sangat kaya. Tradisi lokal yang kuat juga menjadi daya tarik tersendiri, dengan masyarakat yang masih tinggal di rumah panggung dan menjunjung adat istiadat.

Kemudian ada Tanjung Ringgit di Lombok Tenggara. Pantai berpasir merah muda, tebing kapur menjulang tinggi, dan komitmen terhadap konservasi menjadikan tempat ini contoh ideal pariwisata berkelanjutan. Hanya 10% dari wilayahnya yang dikembangkan untuk wisata, sisanya dipertahankan pada pelestarian alam dan budaya.

Di Sumatera Utara, Tangkahan hadir sebagai kawasan ekowisata yang memadukan konservasi dan pengalaman alam. Terletak di tepian Taman Nasional Gunung Leuser, destinasi ini dikenal karena keberadaan gajah Sumatera yang juga dilibatkan dalam patroli hutan.

Danau Labuan Cermin di Kalimantan Timur adalah surga tersembunyi lainnya. Airnya begitu jernih hingga menciptakan efek pantulan yang memukau. Uniknya, danau ini memiliki dua lapisan air – tawar dan asin – yang tak bercampur, menciptakan pengalaman alam yang langka.

Tak kalah menariknya, Air Terjun Sipiso Piso di dekat Danau Toba menjadi salah satu air terjun tertinggi di Indonesia. Air yang mengalir dari ketinggian 120 meter ke lembah hijau menghadirkan pemandangan menakjubkan yang memesona wisatawan domestik maupun mancanegara.

Namun, meningkatnya kunjungan wisatawan juga membawa tantangan. Sektor pariwisata menyumbangkan sekitar 8% hingga 11% emisi gas rumah kaca secara global. Jika tidak dikelola dengan bijak, pariwisata bisa menjadi ancaman nyata bagi alam.

Pelestarian alam tak hanya soal menjaga pemandangan. Lebih dari itu, ini menyangkut kehidupan masyarakat lokal yang menggantungkan penghasilan dari keberlangsungan lingkungan sekitar. Alam yang lestari berarti perekonomian lokal yang stabil.

Untuk itu, wisatawan harus mulai menerapkan prinsip perjalanan ramah lingkungan. Mulai dari memilih investasi yang peduli lingkungan, membawa botol dan tas guna ulang, menghormati adat lokal, hingga membeli produk dari perajin lokal.

Peringatan Hari Bumi 2025 ini menjadi panggilan untuk berubah. Mari jadikan wisata sebagai alat pelestarian, bukan perusakan. Menikmati keindahan alam harus sejalan dengan menjaga keberadaannya.

Marclan International sebagai pelaku industri perhotelan juga mendukung prinsip-prinsip ekowisata. Dengan menghadirkan kenyamanan yang selaras dengan nilai-nilai budaya dan lingkungan, Marclan ingin menjadi bagian dari solusi menuju pariwisata yang lebih berkelanjutan. *R105

Lokapalanews.com hadir sebagai salah satu media daring terpercaya di Indonesia dengan informasi tajam, terpercaya, mencerahkan!