Mahasegara Pertiwi, Kesadaran Mencintai Alam Persembahan Mahasiswa ISI Yogyakarta

Rombongan ISI Yogyakarta dalam lawatannya tampil di ajang PKB ke-45 ini menyertakan 28 penari dari total keseluruhan 35 pendukung.

Denpasar (Lokapalanews.com) – Sanggar Padepokan Sekar Djagad, Mutihan, Madurejo, Prambanan Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta yang dibawakan oleh Mahasiswa Jurusan Seni Tari Angkatan 2021 (SERASA) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, tampilkan kesenian sarat pesan tentang alam. Tampil di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Bali, Minggu (2/7/2023) malam, menyajikan kesenian berbalut spiritualitas penyadaran akan harmonisasi kehidupan alam dan manusia.

Garapan berdurasi 30 menit tersebut mengangkat tema ‘Mahasegara Pertiwi’ yang dibawakan para seniman kampus ISI Yogya itu, tampil mempesona dan sukses menyedot perhatian penonton, walau deras hujan menguyur Denpasar malam itu tiada henti.

Sajian pentas seni yang mengabungkan beberapa elemen budaya Nusantara itu, menggaungkan Bumi Nuswantara nan indah. Semua yang kita miliki adalah atas kekuasaan Sang Hyang Pencipta, baik dan buruk sifat manusia adalah keseimbangan. Pada intinya Garapan ini mengambil konsep Empat Papat Kalimo Pancer, yang bermakna keharmonisan hubungan manusia dengan alam, manusia dengan manusia maupun manusia dengan Tuhan.

“Empat Papat Kalimo Pancer intinya hubungan kebaikan keseimbangan antara manusia dengan Tuhanya, manusia dengan alam dan manusia dengan manusia. Sesuai dengan tema PKB Segara Kerthi, apabila manusia menhormati alam, maka alam ini bisa seimbang antara makrokosmos dan mikrokosmos, bhuana agung maupun bhuana alit itu inti garapan,” jelas koodinator sekaligus Guru Besar Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta Prof. Dr. I Wayan Dana, di sela pementasan berlangsung.

Ia mengatakan, dalam sajian pementasan ini, memang diberi tambahan ada stilisasi, distorsi tapi intinya empat papat kalimo pancer. “Kalau iringanya, kita mixkan dengan berbabagi musik ada tradisional berbau Bali, Jawa, Kalimantan, lebih warnanya mayoritas ke Jawa, terutama Yogyakarta,” ungkapnya.

Prof. Wayan Dana menambahkan, untuk memberi kesan serta pemahaman kepada penonton, pihaknya menyebut garapan ini dilengkapi dengan narator. Ada narasi yang menerjemahkan makna atau pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat atau penonton. “Ini diberikan narasi untuk menerjemahan Empat Papat Kalimo Pancer, dari gerak mirip ke sendratari, inikan membawa garapan berbau spiritual, agar lebih komunikatif lagi kita narasikan, sehingga agar pesanya sampai ke masyarakat. Utamanya bagaimana menyadarkan penonton itu untuk mencintai alam. Ini murni karyanya anak -anak mahasiswa semester lima Fakultas Seni Pertunjukan jurusan Seni Tari ISI Yogyakarta,” pungkasnya. *