Jembrana (Lokapalanews.com) – Perayaan Hari Raya Galungan bagi umat Hindu di Bali dimaknai sebagai kemenangan Dharma melawan Adharma. Bagi umat Hindu perayaan Galungan dan Kuningan banyak melaksanakan persembahyangan pura. Keunikan desa adat yang hingga kini tetap mempertahankan rasa solidaritas atau yang dikenal dengan di Bali menyama braya (rasa kekeluargaan). Bahkan, upacara kegiatan persembahyahgan saling bertukar jaga antara Banser dan Pecalang. Hal inilah yang saling mengikat satu dengan yang lainnya.
Ketua Ranting Banser Desa Banyubiru Muhammad Saiful Mujab, Rabu (2/8) mengatakan, pihakanya berjaga dari jam 07.30 wita sampai jam 12.00 Wita di mana kepadatan umat Hindu yang menjalankan persembahyangan. Hal ini rutin dilakukan di 2 titik, pertama pengamanan di Pura Dalem Desa Banyubiru dan Pura Puseh Desa Banyubiru. Budaya ngejot pun masih tetap dilestarikan di mana saling bertukar makanan saat hari raya. Pada Galungan ini biasanya diberikan jajanan khas Bali seperti jaja uli dan tape.
“Hal sama juga ketika perayaan Hari Raya Idul Adha di mana penyembelihan hewan Qurban umat Hindu pasti dapat daging kambing, inilah yang melambangkan tetap kokohnya budaya menyama braya. Untuk jumlah Banser ada 12 orang sedangkan pecalang di desa ada 24 orang. Sinergitas juga dengan pihak Babinsa dan juga Bhabinkamtibmas,” tuturnya.
Saiful juga menyatakan, menjaga Bali keutuhan kultur, budaya, seni dan kearifan lokal yang terjaga dengan baik. Jangan mau terkontaminasi dengan budaya atau isu agama yang justru menyesatkan dan menimbulkan perpecahan antar-umat beragama pada khususnya. *