Jakarta (Lokapalanews.com) – KTT ke-43 ASEAN yang baru lalu meninggalkan beragam cerita, selain kesuksesan Indonesia sebagai tuan rumah. Gala dinner yang diselenggarakan untuk tamu negara di KTT ke-43 ASEAN menjadi perbincangan.
Selain karena penampilan para penyanyi ternama dari Indonesia dan pertunjukan budaya yang memukau, juga karena latar belakang panggung menggunakan teknik video mapping yang ditembakkan ke gedung-gedung pencakar langit ibu kota. Latar yang megah dan mengagumkan itu sungguh menyempurnakan acara makan malam.
Untuk mengubah dua gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) atau IDX Tower dan dua bangunan Mandiri Tower menjadi semacam layar raksasa, diperlukan perlakuan khusus pada jendela gedung. Bangunan ditutup semacam lapisan yang membuat kaca menjadi lebih gelap. Akibatnya, penghuni gedung jadi tidak leluasa melihat ke luar.
“Kami juga tidak boleh menyalakan lampu, pada hari acara itu,” kata Andjarsari, yang berkantor di Mandiri Tower. Menurutnya, kaca gelap itu sudah dipasang sekitar seminggu sebelum perhelatan. “Jadinya, suasana seperti mendung terus-terusan.” Untungnya, acara sukses dan menuai pujian dari yang hadir. “Ya sudah, hitung-hitung pengorbanan kami untuk mengharumkan nama negara, ya,” katanya sambil tertawa, dikutip dari indonesia.go.id.
Di sisi lain, dampak positif KTT dirasakan oleh para pengusaha hotel di Jakarta. Hadirnya tamu negara yang dibarengi dengan antusiasme masyarakat pada penyelenggaraan KTT membuat tingkat hunian hotel-hotel, terutama di sekitar Senayan, mencapai puncak. Semua terjual habis. “Iya, seminggu ini kamar kami penuh semua. Bahkan untuk permintaan extra bed pun, sudah tidak bisa,” kata salah satu resepsionis yang hotelnya termasuk hotel resmi. Banyaknya tamu konferensi yang menginap di sana menjadikan hotel itu salah satu halte shuttle bus.
Sayangnya, keberuntungan serupa tidak dialami oleh pemilik usaha kebugaran. Salah satu pengurus jaringan gerai olahraga dan kebugaran yang punya beberapa outlet di sepanjang Jalan Sudirman, Jalan Thamrin, dan Jalan Gatot Subroto mengaku dirinya harus menggenjot penjualan lewat telepon karena hanya sedikit anggota baru yang mendaftar di minggu konferensi.
Namun ia pun memahami bahwa kondisi ini hanya sementara. “Apalagi memang ini berhubungan dengan keperluan negara. Kami tidak punya pilihan,” katanya.
Memahami pengaruh KTT pada aktivitas masyarakat, Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta sejak jauh hari sudah mengeluarkan imbauan untuk membatasi kegiatan di pusat kota. Di minggu pelaksanaan konferensi, lalu lintas di tengah kota Jakarta pasti terimbas lalu lalang rombongan tamu negara.
Hal itu sudah diantisipasi Agnes Aninditya, CEO Hepi Inc. Lokasi kantornya yang di sekitar tempat konferensi sangat rawan terkena macet. Lagi pula, beberapa karyawan yang kebanyakan tinggal jauh dari kantor pasti akan kesulitan mencapai tempat kerja. “Jadi ya sudah, saya ikuti imbauan Pemda DKI untuk work from home. Kami atur ulang jadwal meeting, atau jadi meeting online,” katanya. “Toh, semua untuk negara, untuk kepentingan yang lebih besar.”
Sikap yang sama diambil Nayla, pegawai bank yang kantornya di kawasan Senayan. “Saat tahu ada KTT, saya segera ajukan block leave. Jadi saya bisa mudik ke Solo. Aman, tidak kena imbas macet,” katanya.
Cahyo, yang berkantor di kawasan SCBD, justru merasa senang karena kantornya memberlakukan jam pulang lebih cepat. “Kalau sering begini, senang hati saya,” katanya tertawa-tawa. Namun ia menyarankan agar pemerintah daerah bisa lebih tegas memaksa perusahaan untuk membiarkan karyawan work from home. “Karena untuk karyawan yang harus commuting, terus terang seminggu ini jadi lebih sulit,” katanya. “Okelah, memang ini untuk mendukung pemerintah.”
Masyarakat Indonesia boleh bangga karena pemerintah RI sudah sukses melaksanakan KTT ke-43 ASEAN. Bagi yang tinggal di DKI Jakarta rasa bangga bisa semakin besar, karena sudah berkontribusi, sekecil apa pun, dan dengan cara apa pun, untuk ikut mensukseskan perhelatan internasional tersebut. *