Jakarta (Lokapalanews.com) – Kalangan perguruan tinggi didorong untuk merespons secara positif berbagai pelonggaran kebijakan yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) demi semakin terwujudnya kemandirian perguruan tinggi untuk mentransformasi sumber daya manusia nasional.
Pesan itu disampaikan oleh Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Sri Suning Kusumawardani dalam acara Sosialisasi dan Bimbingan Teknis MBKM Mandiri di Denpasar, 26-27 September 2023.
Acara Sosialisasi dan Bimbingan Teknis ini diselenggarakan oleh Direktorat Belmawa di kampus Universitas Dhyana Pura bekerja sama dengan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah VIII dan Kampus Merdeka Mandiri (KMM). Sosialisasi dan Bimtek ini diikuti oleh 85 peserta secara luring dan 95 peserta secara daring. Para peserta terdiri dari perwakilan perguruan tinggi yang tersebar di provinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat serta sejumlah organisasi seperti PMI Provinsi Bali, Apindo, BIPI Bali, Bawaslu, Komisi Informasi, dan Rotary Club Bali.
“Pada tanggal 29 Agustus 2023 Mendikbudristek meluncurkan Merdeka Belajar episode ke-26 yang bertajuk Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi Pendidikan Tinggi. Transformasi lanjutan ini menekankan pada dua aspek, yaitu Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang lebih memerdekakan dan sistem akreditasi Pendidikan tinggi yang meringankan beban administrasi dan finansial bagi perguruan tinggi,” tutur Sri Suning dalam keterangannya dikutip di Jakarta, Kamis (28/9).
Pada ujungnya, kata Suning, transformasi pendidikan tinggi mengarah pada penyelenggaraan sistem pendidikan yang lebih relevan dengan kebutuhan setempat dan kebutuhan zaman.
Kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis itu merupakan bagian dari program sosialisasi MBKM Mandiri di 16 wilayah Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) di seluruh Indonesia, menghadirkan para pakar kurikulum dari Kemendikbudristek tim Kampus Merdeka Mandiri.
Rangkaian kegiatan ini diselenggarakan untuk mendorong perguruan tinggi di seluruh Indonesia agar mengadopsi program MBKM secara mandiri di perguruan tinggi masing-masing, memanfaatkan sumber daya yang ada, tanpa bergantung pada pembiayaan pemerintah.
MBKM adalah inovasi yang dilahirkan oleh Kemendibudristek untuk mentransformasi pendidikan tinggi di Indonesia untuk menciptakan lulusan yang lebih relevan dengan konteks lingkungan dan zamannya. Untuk mencapai tujuan itu, perguruan tinggi membutuhkan banyak mitra yang bisa membantu memberikan bekal non-akademik seperti aneka keterampilan praktis dan soft skills. Para pihak mitra yang dimaksud antara lain dari sektor pemerintahan, sektor bisnis, dan organisasi sosial.
Kepala LLDikti Wilayah VIII, I Gusti Lanang Agus Eratodi, mengatakan bahwa MBKM, terlebih MBKM Mandiri, sudah menjadi kebutuhan bersama, baik masyarakat maupun perguruan tinggi. “Materi yang diberikan dalam Sosialisasi dan Bimtek ini juga semakin menegaskan, bahwa MBKM memang sesuatu yang kita butuhkan. Kami berharap setelah Bimtek ini PTS segera bergerak agar PTS yang telah bergerak dikuatkan lagi,” tutur Bagus Eratodi.
Lebih jauh Bagus Eratodi menyambut baik para mitra yang sudah bersedia terlibat dalam memperkuat sistem pendidikan tinggi di wilayahnya.
Sementara itu Wakil Rektor 1 Universitas Dhyana Pura, Ni Made Diana Erfani, mengatakan MBKM Mandiri penting dijalankan agar perguruan tinggi bisa menjawab kebutuhan masing-masing daerah, sehingga pada gilirannya setiap PT bisa memiliki keunikannya masing-masing.
Sementara itu Heru Wijayanto Aripradono, Manajer Kampus Merdeka Mandiri pada Pelaksana Pusat Kampus Merdeka (PPKM), mengatakan ke depan MBKM Mandiri akan menjadi praktik yang normal pada 2024.
“Para pengelola perguruan tinggi sudah melihat pentingnya MBKM untuk meningkatkan relevansi lulusan dan relevansi perguruan tinggi. Karena itu KMM optimistis, MBKM Mandiri tidak akan lagi dipersepsi sebatas sebagai program, tetapi justru menjadi gerakan yang terus bergulir,” kata Heru.
Secara umum KMM optimistis bahwa dengan MBKM tujuan relevansi akan lebih mudah tercapai, terutama karena MBKM adalah inovasi sistem pendidikan yang berbasis konteks setempat, dilaksanakan dengan perencanaan yang baik, termasuk dengan melibatkan banyak pihak, dan menempatkan dampak sebagai ukuran keberhasilan.
Acara sosialisasi nasional MBKM Mandiri terdiri dari tiga kegiatan utama, yakni sosialisasi, bimbingan teknis, dan dialog antar pemangku kepentingan (multistakeholder dialogue – MSD). Sosialisasi bertujuan agar perguruan tinggi memahami seluruh seluk-beluk MBKM. Bimbingan teknis bertujuan untuk membantu perguruan tinggi mampu merancang kurikulum MBKM. Sedangkan MSD bertujuan untuk mempertemukan perguruan tinggi dengan para mitra dan calon mitra untuk ber-MBKM.
Karena perbedaan kondisi lapangan, maka isi kegiatan sosialisasi di setiap LLDikti juga tidak sama. Di sejumlah LLDikti Sosialisasi digabungkan dengan Bimbingan Teknis, sedang di sejumlah yang lain digabungkan dengan MSD.
Secara umum acara sosialisasi akan menjelaskan berbagai macam hal tentang MBKM, terutama alasan mengapa perguruan tinggi perlu menjalankan MBKM. Acara sosialisasi juga akan diperkaya dengan sharing praktik baik dari perguruan tinggi yang sudah melaksanakan MBKM secara mandiri.
Sementara itu acara bimbingan teknis akan fokus pada relaksasi kurikulum dan bagaimana mendesain kurikulum MBKM. Relaksasi kurikulum diperlukan untuk memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi perguruan tinggi untuk mendesain kurikulum yang lebih merdeka dan lebih sesuai dengan konteks setempat. Relaksasi juga diperlukan untuk memberi ruang bagi perguruan tinggi untuk menjalin kolaborasi dengan pihak lain, baik sesama perguruan tinggi maupun organisasi-organisasi di luar perguruan tinggi. *