Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, peningkatan ekspor tersebut disebabkan oleh pola musiman pasca-Lebaran serta peningkatan ekspor beberapa produk manufaktur Indonesia, seperti kendaraan dan bagiannya, mesin dan peralatan mekanis, serta mesin dan perlengkapan elektrik.
“Ekspor kendaraan dan bagiannya pada 2022 merupakan yang tertinggi dalam satu dekade terakhir dan terus meningkat pada periode Januari—Mei 2023. Untuk itu, ekspor sektor ini harus terus didorong sebagai pendorong produk manufaktur sehingga dapat menjaga kinerja ekspor nasional tetap tinggi,” jelas Mendag Zulkifli Hasan dalam keterangan resminya, dilansir dari InfoPublik, Jumat (16/6).
Pada Mei ini, hampir seluruh sektor mengalami peningkatan ekspor secara bulanan (MoM), kecuali sektor pertambangan yang mengalami kontraksi sebesar 7,18 persen. Peningkatan ekspor tertinggi terjadi pada sektor pertanian yang naik sebesar 33,76 persen MoM, diikuti sektor industri pengolahan (20,17 persen), dan sektor migas (4,48 persen).
Beberapa produk ekspor nonmigas yang mengalami peningkatan tertinggi pada Mei 2023 antara lain barang dari besi dan baja (HS 73) yang melonjak 95,02 persen, tembakau dan rokok (HS 24) naik 70,59 persen, kendaraan dan bagiannya (HS 87) naik 60,20 persen, mesin dan peralatan mekanis (HS 84) naik 53,77 persen, serta pakaian dan aksesorinya (rajutan) (HS 61) naik 45,91 persen MoM.
Sedangkan, produk utama ekspor nonmigas yang mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya diantaranya bahan kimia anorganik (HS 28) turun 37,66 persen, bijih, terak, dan abu logam (HS 26) turun 19,41 persen, tembaga dan barang daripadanya (HS 74) turun 13,65 persen, besi dan baja (HS 72) turun 6,33 persen, serta bahan bakar mineral/batubara (HS 27) turun 4,39 persen.
Negara utama tujuan ekspor nonmigas Indonesia pada Mei 2023 adalah Tiongkok dengan nilai ekspor mencapai USD4,78 miliar naik 3,41 persen MoM, Amerika Serikat dengan nilai USD 2,05 miliar (naik 30,23 persen), dan Jepang dengan nilai USD1,77 miliar (naik 26,37 persen).
Pasar utama tujuan ekspor nonmigas Indonesia yang mengalami peningkatan terbesar pada Mei 2023 dibanding bulan sebelumnya yakni Norwegia dengan peningkatan signifikan sebesar 9.041,71 persen, diikuti Bulgaria (2.170,02 persen), Inggris (120,79 persen), Mesir (79,97 persen), dan Brasil (55,06 persen).
Sedangkan, pasar utama yang mengalami penurunan ekspor nonmigas pada Mei 2023 dibanding bulan sebelumnya (MoM) antara lain, Bangladesh yang turun 34,24 persen, diikuti Taiwan (-13,06 persen), Italia (-12,84 persen), Turki (-12,55 persen), dan Belanda (-5,19 persen).
Ditinjau dari kawasan, peningkatan ekspor terbesar pada Mei 2023 terjadi di Eropa Utara yang naik 112,26 persen MoM, Eropa Timur (101,47 persen), dan Asia Barat (64,94 persen). Sedangkan, kawasan yang mengalami pelemahan ekspor terbesar di antaranya Afrika Selatan yang turun 18,67 persen, Eropa Barat (15,91 persen), dan Eropa Selatan (5,26 persen).
Mendag Zulkifli Hasan menyampaikan, pada bulan ini, ekspor nonmigas ke sebagian besar negara- negara Asia mengalami penguatan. Penguatan diantaranya yaitu terjadi di Asia Barat yang naik 64,94 persen, Asia Tenggara (26,02 persen), Asia Tengah (10,77 persen), dan Asia Timur (7,24 persen).
“Ini menunjukkan kawasan Asia masih menjadi pasar yang penting dan potensial bagi penyerapan produk ekspor Indonesia,” imbuh Mendag Zulkifli Hasan.
Secara kumulatif, lanjut Mendag Zulkifli Hasan, total ekspor pada periode Januari—Mei 2023 mencapai USD108,06 miliar, turun 6,01 persen dibanding periode yang sama 2022 (YoY). Penurunan ekspor disebabkan ekspor sektor nonmigas yang turun 6,69 persen sementara ekspor migas naik 5,71 persen.
“Penurunan ekspor pada periode tersebut disebabkan penurunan harga beberapa komoditas di pasar global. Hal ini terlihat dari volume ekspor Indonesia pada periode Januari–Mei 2023 masih mengalami peningkatan sebesar 17,68 persen,” papar Mendag Zulkifli Hasan. *