Denpasar (Lokapalanews.com) – Panggung Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45 tidak saja dimeriahkan duta kesenian kabupaten/kota maupun duta seni dari daerah di Indonesia saja, melainkan disemarakkan pula kehadiran kesenian luar negeri.
Dalam hajatan Bali World Culture Celebration (BWCC) serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45 Tahun 2023, kesenian Traditional Classical Folkloric, Foreign Affairs Office of Hainan Province, Tiongkok tampil memukau dengan menyajikan materi kesenian khas daerahnya. Penampilan seniman pulau di Tiongkok selatan itu sukses menghipnotis penonton di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya (Art Centre) Provinsi Bali, Selasa (4/7) sore.
Melibatkan 18 seniman yang tampil bergiliran selama 1,5 jam. Para penampil tersebut merupakan mahasiswa dan pengajar Sekolah Seni Universitas Normal Hainan, Tiongkok. Total ada 12 pertunjukan terpisah yang diangkat dari cerita rakyat Tiongkok maupun kreasi baru.
Pertunjukan yang dihadiri langsung Konsul Jenderal Tiongkok di Denpasar Mr Zhu Xinglong bersama Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha diawali tarian pembuka berjudul ‘Flowers Bloom in Four Seasons’. Tarian ini menggambarkan kekayaan tanaman bunga Hainan.
Pertunjukan dilanjutkan dengan lagu yang dibawakan penyanyi Fu Nan yang membawakan lagu berjudul ‘Revelling in the South of the Sea’ dalam bahasa Mandarin. Para penari ‘Echoes of Life’ kemudian melanjutkan tampil di hadapan penonton Gedung Ksirarnawa.
Selanjutnya, penampilan unik artis Xiong Xuefeng yang membawakan musik seruling yang ditiup menggunakan hidung. Seni bertajuk ‘Long Time No See, Long Time See’ merupakan musik tradisional etnis Li di Tiongkok.
Penampilan kelima juga berangkat dari cerita rakyat Tiongkok. Berjudul ‘Deer Looking Back’ atau Cerita Cinta tentang Rusa, tarian yang dibawakan dua orang, laki-laki dan perempuan, menceritakan pemburu yang jatuh cinta dengan rusa buruannya yang tetiba berubah menjadi gadis cantik.
“Kisah ini juga merupakan cerita rakyat pada etnis Li Tiongkok. Mereka jatuh cinta dan akhirnya menikah,” ujar Profesor Zhang Yi guru besar Hainan Normal University.
Artis Peng Ting melanjutkan penampilan Duta Provinsi Hainan menyanyikan lagu ‘Little Running River’ dengan suara melengking menggunakan bahasa Mandarin. Dilanjutkan dengan tarian ‘Dai Family’ Daughter Dai Family’s Rain’ dan penampilan alat musik tradisional Erhu.
Tari ‘Fishing Girl at the Seaside’ yang dibawakan 12 penari muda Tiongkok kemudian mendapat tepuk tangan meriah para penonton sore itu. Pun, sebuah nyanyian ‘Ayo Mama’ yang merupakan nyanyian populer di Indonesia juga mendapat sambutan meriah penonton.
Nyanyian bertajuk ‘Call Out’ yang dibawakan Fu Nan dan Peng Tin dan “Please Come on to the Ends of the Earth’ menutup penampilan meriah para seniman Negeri Tirai Bambu sore itu.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha menyambut baik persembahan yang dibawakan para seniman Tiongkok pada ajang BWCC serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45 Tahun 2023.
Ia mengatakan kerjasama di bidang kebudayaan ini akan semakin mempererat hubungan Bali dengan Hainan maupun hubungan Indonesia dengan Tiongkok secara umum.
Arya Sugiartha mengatakan Bali dan Hainan memiliki ikatan yang terbina bertahun-tahun.
Apalagi Hainan telah lama dikenal memiliki destinasi Bali Village yang salah satunya memamerkan aneka kebudayaan Bali di samping kebudayaan Nusantara lainnya di Pulau Hainan.
“Sebagai sister city, Bali dan Hainan berkomitmen bekerjasama dalam berbagai bidang mulai pendidikan, lingkungan, hingga sosial budaya,” tambahnya.
Lebih jauh, dijelaskan BWCC merupakan implementasi dari visi Pemerintah Provinsi Bali menjadikan Bali sebagai pusat peradaban dunia dengan mengajak para seniman dan budayawan dunia untuk menampilkan karyanya di Pulau Dewata.
Sementara itu Konsul Jenderal Tiongkok di Denpasar Mr Zhu Xinglong menyampaikan pergelaran sore itu mendorong kerjasama Tiongkok dan Indonesia menjadi lebih luas di berbagai bidang lainnya.
Ia mengungkapkan bahwa Hainan dan Bali memiliki kesamaan karena memiliki keindahan alam dan budaya. Konsul Tiongkok
juga mengingatkan hubungan baik antarnegara membutuhkan saling pengertian.
“Tiongkok dan Indonesia memiliki sejarah pertukaran budaya. Di Bali ada kisah Raja Jayapangus dan Kang Cing Wie,” katanya. *