Menuju Center of Gravity Riset Sains dan Teknologi Polimer

Kepala PRTPL BRIN Joddy Arya Laksmono menyampaikan, PRTPL bisa memosisikan Center of Gravity menjadi Pusat Riset Sains dan Teknik Polimer (PRSTP), yang berada di antara industri polimer dasar dan turunan yang sudah established, serta isu lingkungan berupa limbah plastik.

Jakarta (Lokapalanews.com) – Dalam rangka melihat perkembangan riset selama setahun berjalan, Pusat Riset Teknologi Polimer (PRTPL) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengadakan Komunikasi Ilmiah dan Monitoring Evaluasi Kinerja PRTPL, secara hybrid, Senin-Jumat (14-18/8/2023), di Ruang Serbaguna Gedung 460, Kawasan Sains dan Teknologi (KST) B.J. Habibie, Tangerang Selatan.

Dalam arahannya, Kepala PRTPL BRIN Joddy Arya Laksmono menyampaikan, PRTPL bisa memosisikan Center of Gravity menjadi Pusat Riset Sains dan Teknik Polimer (PRSTP), yang berada di antara industri polimer dasar dan turunan yang sudah established, serta isu lingkungan berupa limbah plastik.

Joddy berharap, PRSTP dapat menjembatani isu terkait industri polimer dan isu limbah plastik, dengan adanya empat Kelompok Riset berupa Polimer Sintesa dan Modifikasi, Polimer Fungsional, Polimer Komposit, serta Polimer Hijau dan Berkelanjutan.

“Untuk mencapai PRSTP memerlukan berbagai macam peran dari institusi, negara, dan komunitas. Peran institusi di antaranya menghasilkan invensi dan inovasi di bidangnya, meningkatkan kualitas dan keunggulan institusi dan mencapai tujuan strategis,” kata Joddy dalam keterangannya dikutip dari laman BRIN, Jumat (18/8).

Ia menjelaskan, peranan kenegaraan berupa kolaborasi yang mewujudkan problem solving, kemandirian bangsa, dan daya saing nasional. Kemudian ditambah peran komunitas atau kelompok riset untuk berkontribusi pada keilmiahan, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menurut Joddy, agar peran masing-masing komunitas dan kontribusi tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka kelompok riset harus memiliki strategi secara mandiri. Berupa perencanaan yang matang dengan fokus pada roadmap, fokus kompetensi inti, champion, dan jejaring.

Dia pun menerangkan bagaimana manajemen kegiatan riset berbasis output. “Desain riset yang baik antara lain riset yang terkontrol, evaluasi hasil, dan menulis bersamaan dengan riset berjalan,” kata Joddy.

Di hadapan peserta kegiatan yang terdiri dari periset BRIN dan mahasiswa magang atau tugas akhir, Joddy memberikan arahan agar periset perlu memanfaatkan peluang pendanaan internal dan eksternal. Baik rumah program yang ada di Organisasi Riset BRIN, yang ada di Deputi Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN, atau pun yang berasal dari luar negeri.

Joddy pun menekankan pentingnya aktif menawarkan kolaborasi. Kolaborasi riset dalam Kelompok Riset, maupun lintas kelompok riset, pusat riset, dan organisasi riset. “Jika secara nasional kita bisa berlolaborasi dengan universitas, kemudian meningkat lagi ke kolaborasi global,” ujarnya.

Periset pun perlu memanfaatkan semua program sumber daya manusia iptek (SDMI) secara maksimal, antara lain degree by research (DBR), research assistant (RA), posdoctoral (postdoc), visiting researcher (VR), mahasiswa S-1, S-2, S-3 agar bisa mengungkit semangat riset yang ada di PRTPL. “Dengan output yang sudah kita hasilkan, maka secara eksternal bisa membuat Open Call untuk RA, DBR, postdoc, maupun VR,” terangnya.

Lebih lanjut, ia menjabarkan peran RA dan mahasiswa, serta postdoc dan VR sebagai bagian dari kegiatan riset, sehingga perlu dioptimalkan.

Joddy menawarkan periset BRIN dan eksternal untuk melakukan kesempatan training termasuk magang industri. “Sehingga harapannya dengan ini semua kita bisa melakukan kolaborasi, salah satunya dengan Elsa poin untuk modal kolaborasi,” ungkapnya. *

Editor: I Made Suyasa