Daerah  

Tradisi Male dan Ambur Salim di Jembrana

Upacara pemotongan rambut bayi berumur 180 hari pada bulan Maulid. Prosesi pemotongan rambut diiringi dengan acara ambur salim, yang melambangkan keselamatan bagi semua yang hadir.

Jembrana (Lokapalanews.com) – Ada tradisi di masyarakat Jembrana, yakni upacara pemotongan rambut bayi berumur 180 hari pada bulan Maulid. Prosesi pemotongan rambut diiringi dengan acara ambur salim, yang melambangkan keselamatan bagi semua yang hadir.

Tradisi male di Kabupaten Jembrana melibatkan berbagai kegiatan pada saat sang bayi berumur 180 hari, salah satunya gunting/motong rambut. Biasanya, kegiatan ini dilakukan pada bulan Rabiul Awal (bulan Hijriyah) yang juga dikenal sebagai bulan Maulid. Simbolisasi dari pemotongan rambut sang bayi adalah akhir dari masa bayi dan mempersiapkan anak untuk tumbuh lebih dewasa.

Warga setempat, Nur Hikmah menjelaskan, tradisi ini melibatkan berbagai bentuk hiasan dan perlengkapan yang disebut rantasan (sesaji). Rantasan biasanya terdiri dari berbagai barang seperti kain yang belum pernah dipakai (sukla), beras kuning, uang logam, kelapa gading, keris (pusaka), dan barang-barang untuk merias diri. Setelah prosesi pemotongan rambut selesai, beras kuning dan uang logam dihamburkan ke udara, yang kemudian diperebutkan warga. Proses ini disebut ambur salim dan merupakan simbol keselamatan bagi semua yang hadir.

Ia menambahkan, ambur salim tidak hanya dilakukan dalam acara pemotongan rambut, tetapi juga dalam berbagai ritual lain seperti pelepasan jamaah haji dan acara pernikahan. Bahwa “ambur” berarti menghamburkan ke udara dan “salim” artinya keselamatan, sehingga ambur salim melambangkan doa keselamatan bagi semua yang berkumpul dalam acara tersebut.

“Tradisi ini menjadi bukti kekayaan budaya Indonesia yang akan terus dilestarikan oleh masyarakat Bugis Melayu di Kabupaten Jembrana, agar generasi berikutnya tetap mengenal dan menjaga kearifan lokal yang ada. Melalui pemeliharaan tradisi ini, kita dapat memperkuat ikatan komunitas dan melestarikan kearifan budaya kita,” katanya. *