Hal tersebut terlihat dari sejarah perbankan Indonesia yang berhasil melalui berbagai krisis ekonomi dari tahun ke tahun.
Dalam siaran pers BNI yang diterima Sabtu (28/10/2023), Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Royke Tumilaar mengungkapkan, sisi permodalan yang kuat dan risk management yang baik menjadi modal utama perbankan Indonesia untuk mengantisipasi berbagai risiko ketidakpastian ekonomi global.
“Sektor perbankan Indonesia cukup tangguh karena sudah banyak melewati krisis sehingga kita sudah banyak belajar dan sudah sangat siap untuk menghadapi situasi ekonomi global saat ini,” ujarnya dalam acara BNI Investor Daily Summit.
Royke menyampaikan Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan menjadi 6 persen, dan perbankan tidak serta-merta turut menaikkan suku bunga pinjaman.
Hal tersebut dikarenakan kemampuan pebankan dalam memproyeksi tren pergerakan suku bunga ke depan. Perbankan juga memiliki kemampuan untuk terus menjaga kualitas kredit perbankan tetap di jalur yang aman.
“Suku bunga tinggi ini saya rasa bukan sekarang, masyarakat sudah tahu dari tahun lalu dari sejak krisis, sudah kelihatan. BI cukup lama menahan, tidak menaikkan. Tren suku bunga akan naik ini bukan suatu masalah karena sudah diantisipasi,” kata Royke. *