Jakarta (Lokapalanews.com) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan dalam ilmu pengetahuan, manusia masuk dalam ordo primata, seperti halnya kera dan sejenisnya. Namun secara khusus, ada pembagian istilah Primata Jenis Manusia (Human Primate) dan Primata Selain Jenis Manusia (Non-Human Primate atau NHP).
Dilansir laman resmi BRIN, Kamis (2/5), pakar arkeolog dari Museum National d’Histoire Naturelle, Perancis, Thomas Ingicco, telah banyak melakukan penelitian arkeologi di Indonesia dan Filipina. Salah satu primata yang banyak diteliti adalah monyet hitam tonkean atau monyet tonkean (macaca tonkeana), yakni spesies primata di keluarga Cercopithecidae.
Monyet tersebut merupakan salah satu fauna yang sering ditemukan di lapisan Holosen situs prasejarah Indonesia, khususnya bagian barat.
Thomas menjelaskan, melimpahnya fosil NHP pada konteks arkeologi, mengindikasikan adanya peran penting dalam kehidupan manusia masa lampau. Pendekatan dapat menafsirkan relasi antara NHP dengan manusia dan representasi elemen rangka, serta lokasi tanda penjagalan yang memungkinkan dapat merekonstruksi cara pemrosesan bangkai monyet.
Konsistensi dalam penempatan jejak pangkas pun menunjukkan proses yang sistematis, serta pengetahuan tentang anatomi. Ia menjelaskan fungsi NHP, selain menjadi sumber protein utama bagi manusia, tulang NHP juga merupakan bahan penting untuk perkakas dan ornamen.
“Tampaknya NHP juga memainkan peran penting dalam ritual, beberapa ditemukan dalam konteks kubur manusia,” ungkap Thomas pada workshop dan diskusi bertajuk “Interaksi Primata Manusia dan Non-manusia Pada Masa Prasejarah”, yang diselenggarakan secara hybrid, Senin (29/4).
Kemudian, Thomas memperlihatkan gambar dari fosil yang diambil di dua tempat, yakni Gua Braholo dan Gua Song, yang berada di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Bagian fosil monyet tonkean dari mulai rahang, lengan, hingga kaki yang telah ditemukan ini ditampilkan dalam presentasinya dan dideskripsikan kepada para peserta.
Para peserta yang hadir secara luring dapat melihat langsung bagaimana jejak tafonomi dan antropik fosil NHP yang ditemukan dari ekskavasi arkeologis.
Kepala Pusat Riset Arkeologi BRIN, Sofwan Noerwidi turut menyampaikan, workshop seputar arkeologi yang setiap bulan dilaksanakan oleh pusat risetnya, diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi semua pemangku kepentingan arkeologi baik internal maupun luar BRIN.
Sebagaimana yang disampaikan Kepala Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra BRIN Herry Jogaswara, workshop seperti itu juga dalam rangka persiapan platform penelitian jangka panjang yang multiperspektif. Pelaksanaannya tidak hanya melibatkan peneliti arkeolog internal BRIN saja, tetapi juga melibatkan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi.
Hal tersebut dilakukan dalam upaya kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), juga program degree by research untuk internal maupun luar BRIN dari perguruan tinggi dan museum. Sofwan juga menyebut, penelitian arkeologi akan dilaksanakan di Bumiayu, Jawa Tengah pada Juli 2024 mendatang. *802