Denpasar (Lokapalanews.com) – Rekasadana (pergelaran) tari dan musik dari Provinsi Serawak, Malaysia dalam Bali World Culture Celebration (BWCC) sungguh memikat. Pengunjung perhelatan seni internasional serangkaian dengan Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI itu berlangsung di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Jumat (12/7).
Malam itu, tak hanya masyarakat lokal yang terkesima dengan sajian seni itu, tetapi juga para turis yang terpikat. Tempat pentas berkapasitas 800 penonton itu, memang tidak full, tetapi penonton yang hadir terus saja bertambah semakin malamnya waktu. Penampilan ini, tak hanya menari, tetapi ada musik dan lagu-lagu yang sanat indah.
Sejak persembahan awal, yakni Tari Ngajat Ngalu Temuai, Tari Alu-alu Melanau, Tari Kupuok Bauh Bidayuh, Malay Folks Song, Tari Alak Sungau Ke U’ung (Orang Ulu), dan Tari The Malay lalu dipungkasi dengan Finale Fiesta Fascinating Sarawak yang mengajak seluruh pendukung untuk menari secara bersama-sama di atas panggung.
Tim Kurator PKB, Prof. Bandem mengatakan, dalam penampilan grup kesenian asal Malaysia kali ini diwakili oleh Provinsi Sarawak. Penyajiannya, sangat unik dan mengesankan. Utama, Serawak yang memiliki 34 kelompok Dayak, mepresentasikan kesenian mereka dalam PKB ini.
“Koreografi mereka cukup baik. Gerakan dari kelompok satu Dayak ke Dayak yang lain ada keunikan masing-masing. Mereka cukup kompak. Maka, kedepan kita lebih banyak menghadirkan kelompok-kelompok kesenian dari luar negeri,” kata Prof. Bandem.
Artinya, tim kesenian itu, tak hanya dari Eropa dan Amerika, tetapi juga dari kawasan Asia Tenggara, termasuk Asia Timur. Kesenian di Asia Timur ini banyak sesungguhnya yang bisa dipelajari. Apalagi, kesenian itu banyak sekali persamaannya dengan Indonesia.
Sebut saja, dengan tarian dari Sumatera (Melayu) dan dari Kalimantan Timur (Dayak) yang ada peersamaan dengan kesenian dari Asia Timur itu. Karena mereka datang dari Universitas, maka koreografi, serta garapan musik dan kostum cukup memukau.
“Maka, ada banyak hal sesungguhnya yang bisa dipelajari dari pementasan dari Mahasiswa Malaysia ini. Faktor iringan dan musik, mereka menggunakan musik-musik Dayak. Sebagian mengunakan instrumen Sape (seperti gitar),” tegas budayawan asal Singapadu Gianyar ini.
Instrument Sape ini memang milik kelompok Sarawak ataupun di Kalimantan. Alat musik itu berupa gitar yang suaranya berbeda dengan gitar barat. Mereka juga memanfaatkan gong. Dalam pertunjukan Dayak memang selalu ada gong dan kempul.
Dalam penyajian seni ini, grup kesenian mahasiswa sangat mempertimbangkan alat dan pendukung pentas. Karena ada nuansa Melayu, maka mereka menggunakan Akordeon yang kemudian diwarnai dengan nyanyian-nyanyian.
“Ini suatu kombinasi garapan yang sangat apik untuk mendukung gerakan-gerakan sesuai dengan gaya masing-masing. Ini sesungguhnya ada drama musikal, karena ada puisi, musik lalu ada gerakan dari yang satu sama lainnya saling terkait. Maka ini, juga pergelaran total,” pungkas Prof. Bandem. *103