Denpasar (Lokapalanews.com) – Bhuta yadnya adalah bagian dari Tri Rna, yakni tiga utang yang harus dibayar di dunia ini. Pertama adalah Dewa Rna, Pitra Rna, dan Rsi Rna, sekarang Dewa Rna termasuk Bhuta Rna. Hal itu diungkapkan Ida Rsi Agung Bang Pinatih dari Griya Agung Wang Bang Pinatih, belum lama ini.
Setelah bangunan berdiri maka rangkaian awal adalah mecaru.
Umat Hindu mempercayai dengan mecaru akan membersihkan alam dan menetralisir kekuatan Bhuta Kala.
“Karena semua ini adalah bangunan baru, maka saat mecaru inilah diharmonisasi sebelum dilaksanakan pujawali. Dengan harmonis dan suci alam semesta maka akan dilaksanakan Dewa Yadnya. Setelah Bhuta yadnya maka akan dilaksanakan upacara memakuh, yakni membuat bangunan “bakuh” kokoh dan kuat dengan pengurip-urip. Ada rah “getih” lambang Brahma, hitam lambang Wisnu, kuning dari kunyit lambang Mahadewa dan putih dari pamor,” ungkap Ida Rsi saat ditemui di karya rsi gana, melaspas dan mendem Pedagingan Merajan Alit Ngurah Aryawan.
Setelah dilakukan pengurip-urip barulah dilakukan melaspas. Rangkaian melaspas adalah melepas mala leteh “kekotoran” artinya semua bahan yang berasal dari tumbuhan di-urip menjadi rumah selanjutnya di-urip lagi menjadi pelingggih.
“Maka melaspas itu sudah bersih barulah kelinggihang betara. Barulah pedagingan dipendem “dikursilingga” dengan sarana panca datu. Dengan pendeman Panca Datu maka ‘koneksi WiFi’ lebih cepat menuju ke atas alam semesta. Analogi ratu agar cepat memahami, ketika sudah ada pedagingan sudah munggah daksina hias , setelah melingggih di stana beliau , maka barulah dipasupati,” ungkap Ida Rsi.
Dijelaskannya, pasupati berasal dari kata pasu artinya mengikat dan pati adalah kekuatan, jadi adalah mengikat kekuatan Siwa di linggih Ida untuk menjadi kekuatan alam semesta. Jadi Linggih Ida adalah Linggih Dewata Nawasange atau linggih Sang hyang Widhi Wasa, Linggih Sang Hyang Siwa Guru, Kemulan, Taksu, Pengurahan, Siwareka,dan Penunggun Karang diikat kekuatan Siwa Pasupati. Dengan sudah diikat kekuatan pasupati, maka baru dihaturkan dewa yadnya dengan upakara pregembal, sekar taman yang merupakan simbul dari siwa Ganapati, widyadara widyadari, para Dewata Nawasanga. Simbol pebangkit merupakan niasa Sang Hyang Siwa Durga yang merupakan keganasan alam semesta disomya atau diharmoniskan oleh Gana.
Rangkaian upacara selanjutnya adalah Guru Piduka yang dimaksudkan untuk memohon maaf jika saat membangun pelinggih ada salah sukat, salah atur, salah wacana maka diaturkan bendu guru piduka. Selain itu juga agar Sang Hyang Siwa Guru memberikan anugerah kebahagiaan lahir bathin. Dan rangkaian Rsi Gana, melaspas dan mendem pedagingan diakhiri dengan sembahyang bersama dan nunas tirta. Rangkaian selanjutnya adalah puncak karya, yang biasanya bertepatan dengan jatuhnya piodalan di merajan. *par