Jakarta (Lokapalanews.com) – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menginisiasi kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk menjembatani kebutuhan antara perguruan tinggi dan industri terkait kompetensi lulusan pendidikan tinggi. Program ini dirancang untuk mengatasi tantangan yang dihadapi institusi pendidikan tinggi dalam mempersiapkan lulusan yang siap memasuki dunia kerja.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi perguruan tinggi adalah memastikan lulusan memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri. Untuk itu, Kemendikbudristek mendesain program MBKM yang memberikan akses kepada mahasiswa untuk belajar di luar kelas, memperkaya keterampilan praktis, dan meningkatkan kompetensi profesional mereka.
Melalui berbagai aktivitas, seperti magang, studi independen, pertukaran pelajar, wirausaha, dan proyek lain selama tiga semester, mahasiswa diharapkan dapat memperdalam pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh industri. Hal ini diharapkan dapat mempersiapkan mahasiswa dengan baik sebelum menyelesaikan masa studi di kampus.
Dalam keterangan tertulis yang dilansir dari InfoPublik, Rabu (2/10), Staf Khusus Mendikbudristek Bidang Kompetensi dan Manajemen, Pramoda Dei Sudarmo, menjelaskan bahwa MBKM adalah pendekatan yang memungkinkan mahasiswa untuk belajar langsung dari praktisi industri. “Program ini memberikan percepatan akses mahasiswa pada kemampuan berstandar tinggi,” ujarnya.
Sejak diluncurkan pada tahun 2020, lebih dari dua juta mahasiswa telah berpartisipasi dalam program Kampus Merdeka, memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman langsung di luar kampus. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing lulusan di tengah persaingan global, dengan lebih dari 9,8 juta mahasiswa terdaftar di 32.592 program studi di 4.356 institusi pendidikan tinggi di Indonesia.
“Dengan skala dan jumlah yang kompleks, platform Kampus Merdeka memungkinkan mahasiswa untuk mendaftar ke program yang mereka minati secara langsung, sementara universitas tetap memantau kemajuan mereka,” jelas Dei.
Kemendikbudristek juga menghadapi tantangan terkait anggaran dan sumber daya riset kampus yang terbatas. Untuk mengatasi hal ini, Kedaireka.id – platform kolaborasi antara universitas, industri, dan pemerintah – diluncurkan untuk mendorong inovasi berbasis riset. Selain itu, Kemendikbudristek juga membuka peluang bagi perguruan tinggi ternama dunia untuk berkolaborasi dengan fakultas lokal, guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Manfaat dari kebijakan ini telah dirasakan oleh banyak mahasiswa, seperti Adhi Setiawan, lulusan Teknik Informatika dari Universitas Brawijaya. Adhi adalah salah satu alumni program Bangkit, bagian dari Kampus Merdeka, yang menawarkan pembelajaran mandiri bersertifikat di bidang teknologi digital seperti machine learning, cloud computing, dan cyber security. Pengalaman Adhi menunjukkan bagaimana program ini dapat memberikan kesempatan yang inklusif, bahkan bagi penyandang disabilitas, untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dari para ahli.
“Pengetahuan saya semakin bertambah. Pengalaman belajar machine learning hingga bahasa Inggris membuat saya lebih percaya diri. Kini, saya berkarier sebagai AI engineer dan bisa berkontribusi dalam industri kesehatan nasional,” kata Adhi.
Kisah sukses seperti Adhi menunjukkan bagaimana program Kampus Merdeka dapat membantu mahasiswa menerapkan pengetahuan yang diperoleh di kampus serta meningkatkan keterampilan mereka melalui pembelajaran berbasis praktik. Melalui program ini, diharapkan lebih banyak dampak positif yang dapat dirasakan di masa depan. *ris