Jakarta (Lokapalanews.com) – Bank Indonesia (BI) bergerak cepat dan taktis merespons gejolak nilai tukar rupiah yang dipicu turbulensi pasar finansial global. Intervensi agresif di pasar off-shore (NDF) menjadi front pertama, menunjukkan kesiagaan otoritas moneter dalam melindungi stabilitas ekonomi Tanah Air.
Gelombang ketidakpastian global ini bermula dari kebijakan tarif balasan Amerika Serikat pada 2 April 2025, yang langsung direspon Tiongkok dengan langkah serupa dua hari kemudian. Perang dagang jilid baru ini sontak mengguncang pasar keuangan dunia, memicu arus modal keluar deras dan menekan nilai mata uang negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Saat pasar domestik menikmati jeda libur Lebaran Idulfitri 1446H, tekanan terhadap rupiah justru meningkat tajam di pasar off-shore (NDF). Momentum ini dimanfaatkan para spekulan, memaksa BI untuk mengambil tindakan pencegahan yang lebih terukur dan efektif.
Sebagai respons sigap, BI melancarkan operasi stabilisasi di pasar off-shore (NDF) secara simultan di berbagai pusat keuangan utama dunia: Asia, Eropa, hingga New York. Langkah ini mengirimkan sinyal kuat komitmen BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di kancah internasional.
Tak berhenti di situ, BI menyiapkan strategi lapis kedua di pasar domestik. Begitu perdagangan dibuka kembali pada 8 April 2025, BI akan melakukan intervensi gencar di pasar valas (spot dan DNDF) serta aktif membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Langkah ini bertujuan memperkuat fundamental rupiah secara langsung di dalam negeri.
Untuk memastikan kelancaran transaksi dan mencegah kepanikan, BI juga mengoptimalkan seluruh instrumen likuiditas rupiah yang dimilikinya. Tujuannya adalah menjaga ketersediaan uang di pasar uang dan sektor perbankan, sehingga tidak terjadi gejolak likuiditas yang dapat memperburuk situasi.
Rangkaian kebijakan komprehensif ini menunjukkan keseriusan BI dalam membentengi rupiah dari dampak negatif tekanan global. Lebih dari sekadar stabilisasi nilai tukar, langkah ini juga krusial untuk menjaga kepercayaan pelaku pasar dan investor terhadap ketahanan ekonomi Indonesia di tengah pusaran ketidakpastian global.
Dengan respons cepat, terukur, dan berlapis ini, diharapkan rupiah mampu meredam tekanan dan kembali pada jalur penguatan, sekaligus menjaga stabilitas ekonomi Indonesia secara keseluruhan. *R106