Iklan Berganti

AI: Kreativitas dan Etika Tak Ternilai Manusia

Plt. Direktur Bina Talenta Penelitian dan Pengembangan Ditjen Riset dan Pengembangan Kemdiktisaintek, Karlisa Priandana (kiri), menjadi panelis bersama dua pembicara lain dalam seminar "AI vs Human Values" di UBM Sport Hall, Universitas Bunda Mulia, Serpong (20/5).

Jakarta – Kecerdasan buatan (AI) tidak mampu menciptakan sesuatu dari nol, hanya mengolah data yang ada. Penegasan ini disampaikan oleh Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Bina Talenta Penelitian dan Pengembangan Ditjen Riset dan Pengembangan Kemdiktisaintek, Karlisa Priandana. Menurut Karlisa, AI berbeda dengan manusia yang memiliki pengetahuan, pengalaman, kreativitas, optimisme, dan hati nurani. Oleh karena itu, AI hanyalah alat yang membutuhkan pendampingan manusia.

Penegasan tersebut disampaikan Karlisa dalam seminar Artificial Intelligence (AI) di Universitas Bunda Mulia (UBM), Serpong, Selasa (20/5). Seminar ini bertujuan mendiskusikan keseimbangan antara riset dan inovasi AI dengan nilai-nilai kemanusiaan. Acara ini dihadiri oleh mahasiswa, dosen, serta pelaku industri AI.

Karlisa menjadi panelis dalam panel diskusi bertema “AI, Ethics, and Society: Balancing Research and Innovation with Human Values”. Ia didampingi oleh Direktur Data dan Artificial Intelligence Otorita Ibu Kota Negara (OIKN), Adhiguna Mahendra.

Dalam paparannya, Karlisa menekankan bahwa AI tidak akan pernah bisa membuat sesuatu dari nol. “AI bisa membuat sesuatu karena mengambil dari data-data yang sudah ada, berbeda dengan manusia yang memiliki pengetahuan dan pengalaman,” ujar Karlisa.

Ia menambahkan, AI perlu selalu dituntun oleh manusia agar menjadi ‘good AI’, baik dari segi teknologi maupun dari segi kemanusiaan atau etika. Hal ini menjadi krusial mengingat pesatnya perkembangan AI.

Sementara itu, Adhiguna Mahendra dari OIKN menyoroti pemanfaatan AI yang sangat luas, tidak hanya terbatas pada pembuatan foto atau video. Ia berharap AI dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan teknologi yang memudahkan manusia.

“AI ini sekarang masih underrated. Kami berharap bisa mengembangkan AI untuk membantu manusia,” kata Adhiguna. Ia menyebutkan, di Ibu Kota Negara (IKN), AI dikembangkan untuk berbagai sistem pintar, seperti gedung pintar, prediksi bencana, transportasi pintar, dan keamanan siber.

Karlisa menegaskan pentingnya mengembangkan dan menerapkan AI secara bertanggung jawab dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Tujuannya adalah agar AI berkembang menjadi alat yang efisien, adil, transparan, dan bermanfaat bagi seluruh umat manusia.

Ada tujuh hal yang perlu diperhatikan untuk memastikan AI berfokus pada kebaikan sosial dan etika. Tujuh hal tersebut adalah prioritaskan nilai kemanusiaan, human-in-the-loop, penyertaan etika AI dalam kurikulum pendidikan, transparansi dan akuntabilitas.

Kemudian, regulasi terkait AI yang adaptif dan inklusif, keadilan dan fokus pada manfaat sosial, serta kolaborasi multidisiplin. Poin-poin ini menjadi panduan agar AI tidak menyimpang dari tujuan awalnya, yakni membantu manusia.

Seminar ini bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional. Acara ini juga menandai peluncuran program studi Magister Teknologi Informasi UBM dan penandatanganan kerja sama UBM dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artificial (KORIKA), dan XIT-AI. *R104

error: Content is protected !!