Iklan Berganti

RUU Pangan: Jaminan Gizi Lokal Kokohkan Indonesia Emas

Anggota Komisi IV DPR RI Riyono. Foto: Dok/vel

Jakarta – Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) melalui Komisi IV tengah menggodok perubahan ketiga Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

Inisiatif strategis ini didorong oleh kesadaran mendalam akan kompleksitas tantangan pangan di tingkat global dan nasional saat ini.

Anggota Komisi IV DPR RI, Riyono, menegaskan bahwa dinamika geopolitik global, termasuk dampak “Trump Effect”, konflik Rusia-Ukraina, dan instabilitas di Timur Tengah, menjadi latar belakang krusial perlunya pembaruan regulasi pangan.

Lebih lanjut, Riyono menjelaskan bahwa revisi UU Pangan ini memiliki peran sentral dalam merancang ulang kebijakan politik pangan nasional yang berorientasi pada visi Indonesia Emas 2045.

Menurutnya, ketahanan pangan bangsa harus dibangun secara kokoh dan berkelanjutan dalam jangka panjang.

Politisi dari Fraksi PKS ini menekankan pentingnya menjadikan pangan lokal sebagai arus utama (mainstream) konsumsi pangan nasional dalam dua dekade mendatang, seiring dengan cita-cita Indonesia Emas 2045.

Untuk mewujudkan visi tersebut, Riyono menggarisbawahi perlunya pasal-pasal yang kuat dalam RUU Pangan yang secara khusus memprioritaskan dan memberdayakan pangan lokal sebagai fondasi ketahanan pangan masa depan.

Riyono menyoroti paradoks bahwa meskipun Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang subur dengan produktivitas beras yang tinggi, pemahaman tentang pangan seringkali terbatas pada komoditas beras semata, mengabaikan esensi pangan sebagai sumber gizi yang beragam.

Ia mengingatkan bahwa pemahaman yang holistik tentang pangan sebagai gizi harus menempatkan pangan lokal sebagai inti dari sistem pangan nasional, tidak hanya sekadar melihatnya dari perspektif ekonomi.

Riyono meyakini bahwa kekayaan sumber daya pangan lokal Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar untuk mencukupi kebutuhan dalam kondisi darurat sekalipun.

Data yang ia paparkan menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman hayati pangan yang luar biasa, meliputi 77 jenis sumber karbohidrat, 75 jenis sumber protein, 110 jenis rempah dan bumbu, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, 26 jenis kacang-kacangan, dan 40 jenis bahan minuman.

“Keragaman pangan yang tersebar dari Sabang hingga Merauke ini sesungguhnya cukup untuk mengantisipasi potensi krisis pangan yang mungkin terjadi di masa depan,” pungkasnya. *R104

Lokapalanews.com hadir sebagai salah satu media daring terpercaya di Indonesia dengan informasi tajam, terpercaya, mencerahkan!