Kehadiran presenter artificial intelligence (AI) di tvOne.ai yang bersiaran melalui jaringan sosial media, benar-benar mencuri perhatian saya. Sebagai mantan jurnalis di media cetak, saya betul-betul dibuat tertegun dengan kehadiran presenter AI untuk mengantarkan berbagai macam berita lengkap dengan IG kehidupan virtual para presenternya dengan @trenzetters. Trenzetters menampilkan kegiatan keseharian para presenter AI-virtual tentunya. Semua kehidupan virtual para presenter ini dikerjakan dengan berbagai engine ilustrasi AI.
Hadirnya presenter berita virtual itu, di mana grafisnya dari AI dan suaranya tetap dari presenter asli, resmi menandakan sentuhan kecerdasan buatan (AI) yang kini merambah dunia jurnalistik di tanah air.
Sejarah peradaban manusia mencatat, jurnalistik dan teknologi selalu tumbuh dan berkembang beriringan. Ketika teknologi menghadirkan mesin cetak pada abad ke-15 di Eropa, jurnalistik juga tergiring untuk menggunakannya sebagai sarana produksi dan diseminasi informasi. Demikian pula ketika memasuki abad ke-21, pertumbuhan teknologi khususnya di bidang komunikasi dan informasi yang makin cepat dan tak terduga, aktivitas jurnalisme pun mau tidak mau dan suka tidak suka harus memanfaatkan teknologi informasi pada proses kegiatannya seperti meliput berita, penulisan naskah dan publikasi media ke masyarakat, terlebih internet kini menjadi lokomotif transformasi peradaban masa kini. Ini bukti nyata bahwa teknologi selalu membantu jurnalistik dan banyak kegiatan jurnalistik yang ditunjang oleh teknologi.
Teknologi di dunia jurnalistik terus berkembang, mulai ditemukannya mesin cetak uap untuk penerbitan surat kabar sekitar 1880-an kemudian melesat di era 1990-an, di mana penggunaan teknologi internet yang ditandai dengan hadirnya www (world wide web) yang pengaruhnya sangat luar biasa pada aktivitas jurnalisme.
Tugas jurnalis meliput di medan paling sulit pun kini makin mudah dan cepat karena pengiriman berita teks, foto, dan video bisa melalui internet atau via satelit.
Hasil karya jurnalistik tak lagi terbatas lokasi, tapi sudah menjadi borderless (tanpa batas). Artinya, produk jurnalistik yang dibuat di Indonesia kini juga bisa dibaca di negara mana pun asal tersambung dengan fasilitas internet.
Lompatan teknologi di dunia jurnalistik kini makin luar biasa dengan hadirnya artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang kini menjadi topik hangat dibicarakan berbagai kalangan. Kecerdasan buatan merupakan terobosan besar teknologi dalam pengembangan komputer dan otomatisasi. Teknologi ini dipercaya akan membawa perubahan besar dalam semua sektor dan lini industri termasuk dalam dunia jurnalistik.
Artificial intelligence (AI) adalah sebuah sistem kecerdasan manusia yang memungkinkan seperangkat sistem komputer atau mesin lainnya dapat berpikir dan bekerja layaknya manusia. Teknologi ini hadir untuk meniru aktivitas normal yang dilakukan manusia, mulai dari belajar (learning), bernalar (reasoning), pengambilan keputusan (decision making), dan bahkan pengoreksian diri (self-correction).
Lebih jauh lagi, perangkat kecerdasan buatan tersebut diharapkan dapat bertindak layaknya manusia (acting humanly), berpikir layaknya manusia (thinking mumanly), berpikir rasional (thinking rationally), dan bertindak rasional (acting rationally).
Cara kerja AI adalah dengan memanfaatkan data-data yang diinput untuk dijadikan sumber pengetahuan dan dipelajari, AI kemudian dapat bekerja dengan memproses data-data tersebut dan menyajikan hasil yang diperlukan pengguna. Selanjutnya, AI akan mengidentifikasi, menganalisis pola hubungan, dan mengambil keputusan atas data-data tersebut.
Contoh pemanfaatan teknologi AI ini adalah aplikasi ChatGPT yang bisa digunakan semua orang saat ini telah memiliki kecerdasan yang hampir mirip dengan kemampuan manusia untuk membuat satu narasi atau satu esai atau satu cerita, bahkan juga bisa membuat berita. Selain itu, berbagai platform media sosial juga telah menunjukkan keefektifan kecerdasan buatan dalam mendistribusikan konten yang ditujukan kepada target pengguna tertentu. Algoritma yang ada di platform media sosial sudah ditunjukkan bagaimana kemampuan platform media sosial ini bisa mengambil audiens-audiens yang sesuai target.
Di balik kelebihan yang dimiliki teknologi AI itu, ada juga kelemahannya. Salah satunya adalah menghasilkan konten yang tidak benar atau akurat, Mengatasi persoalan itu, peran manusia tetap dibutuhkan dalam pengendalian dan mengambil keputusan mengenai konten yang akan dipublikasikan tersebut.
Terlepas dari kelemahan tersebut, tidak dapat dipungkiri keberadaan teknologi AI menjadi peluang yang luar biasa bagi pengembangan industri jurnalistik di Indonesia, khususnya dalam pembuatan konten, agregasi konten, distribusi konten, dan pemanfaatan konten.
Dengan kecepatan algoritma pemrosesan bahasa alami dan model pembelajaran mesin yang canggih, AI dapat menyederhanakan tugas-tugas yang dapat diotomatisasi mulai dari pembuatan konten, analisis data, dan bahkan pengecekan fakta.
Melalui pemanfaatan teknologi AI, industri jurnalistik akan tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan teknologi, meskipun saat ini pemanfaatan AI pada jurnalisme belum terlihat secara signifikan.
Penggunaan AI khususnya dalam kegiatan terkait jurnalisme, mengutip Reuters Institute for the Study of Journalism tahun 2023, masih terbatas pada pencarian rekomendasi dan belum menjadi bagian besar dalam pengambilan keputusan. Padahal, kehadiran teknologi memungkinan pengenalan gambar untuk penandaan otomatis, penyusunan ringkasan dan personalisasi konten untuk meningkatkan interaksi pengguna.
Kehadiran AI dalam dunia jurnalistik menawarkan alat dan kemampuan yang dapat merevolusi cara berita dilaporkan, dianalisis, dan disampaikan kepada khalayak. Namun, hal ini tidak mungkin menggantikan jurnalis manusia. AI harus dilihat sebagai sekutu berharga yang memberdayakan jurnalis untuk melakukan pekerjaan mereka dengan lebih efisien dan efektif.
Masa depan jurnalisme akan dibentuk oleh kolaborasi antara jurnalis manusia dan AI, yang bekerja sama untuk menyediakan berita yang akurat, berwawasan luas, dan dapat dipercaya kepada khalayak global yang terus berkembang.
Seiring dengan kemajuan teknologi, peran jurnalis akan berkembang, namun kemampuan unik mereka untuk menyampaikan berita yang menarik, berinteraksi dengan narasumber, dan membuat penilaian etis akan tetap diperlukan.
Sebagai dampak dari perkembangan teknologi, sudah saatnya jurnalis mampu beradaptasi dengan AI tentu saja dengan meminimalkan risiko dan memaksimalkan manfaat. Terlebih, teknologi adalah ciptaan manusia dan jangan sampai manusia dikalahkan oleh teknologi. *